13

7.2K 541 21
                                    

Alyzaa sengaja berlama-lama mencuci piring, berharap pria yang sedari tadi menatap punggungnya, berada di belakangnya, yang terus memperhatikannya itu pergi.

Namun hingga dia selesai dengan segala kegiatannya, mencuci piring, menyusunnya di rak. Dan pura-pura sibuk dengan segala macam kegiatannya--yang sebenarnya tidak penting, selesai. Pria itu tak kunjung pergi. Dia masih bertahan di tempatnya, bahkan saat Alyzaa berbalik.

"Kamu akan pergi ke mana?" Samudra melempar pertanyaan begitu Alyzaa melangkah ke arah tasnya yang berada di meja pantry, tepat di samping lengan pria itu.

"Pulang." Alyzaa sudah menjawab itu kan tadi? Seharusnya Samudra tidak perlu melempar pertanyaan itu lagi. Tapi seakan tidak puas dengan jawaban singkatnya, dia kembali melempar pertanyaan.

"Ke mana?"

"Ke rumah mama."

Bohong Alyzaa, yang sebenarnya tidak ke sana tujuan awalnya. Dia memang hendak pulang, tapi bukan rumah mamanya yang akan menjadi tempat tujuannya. Melainkan rumah seseorang yang mungkin saja saat ini sedang menunggunya.

"Aku akan mengantarmu."

"Gak!" Alyzaa sepertinya menjawab terlalu cepat, hingga kini Samudra menatapnya penuh.

"M-maksud ku tidak perlu." Ralat Alyzaa. "Aku biasa pulang sendiri. Jadi kamu tidak perlu mengantarku. Lagi pula aku sudah terbiasa pulang sendiri."

Alyzaa tahu jika mungkin senyumnya terlihat sangat kaku, selain dia yang memaksakan diri untuk tersenyum. Dia juga merasa terganggu dengan tatapan pria di depannya.

"Aku akan pergi sekarang, aku sudah berjanji pada mama tadi."

Alyzaa hampir menghela nafas lega saat dia berhasil meraih tas tanganya, dan segera menariknya, tapi segala kelegaannya sirna saat pergelagan tanganya di cekal. Membuatnya mendongak di menatap sang pelaku.

"Mama mu pesti senang jika menantunya ikut datang berkunjung sesekali, kan?"

"A-apa?"

Kedua mata Alyzaa mengikuti pergerakan Samudra yang beranjak bangun dari duduknya. Membuatnya tampak lebih tinggi dan mengharuskan Alyzaa sedikit mendongak.

"Aku akan ikut dengan mu ke rumah mama mu."

"Ta-tapi.."

"Aku akan mengambil kunci mobil ku."

Alyzaa meraup wajahnya kasar, mengusapnya penuh frustasi.

"Ah ya," Alyzaa buru-buru menatap Samudra yang kini kembali berdiri di depannya.

Belum sempat dia melemparkan pertanyaan, tas yang berada di genggaman tanganya segera berpindah ke tangan Samudra begitu pria itu menariknya. Membuat Alyzaa seketika di landa panik.

"Apa yang kamu lakukan?" Kejarnya saat Samudra sudah berlalu dari hadapannya.

Berusaha meraih tasnya tapi secepat kilat Samudra menjauhkanya. Mengangkatnya tinggi hingga Alyzaa tidak dapat meraihnya.

"Sam! Kembalikan tasku!"

"Tenanglah, aku hanya sedang membantu membawakan barangmu!"

"Tidak perlu, aku bisa membawanya sendiri!" Alyzaa kembali berusaha menggapai tasnya, yang lagi-lagi di jauhkan oleh Samudra. "Kembalikan tas ku!"

Alyzaa tidak akan menyerah, dia semakin melompat lebih tinggi. Berusaha meraih tasnya yang terus di jauhkan dari jangkauannya. Hingga tidak sadar jika tubuhnya semakin rapat pada pria yang sedari tadi menatap wajahnya. Alyzaa baru sadar jika tubuhnya terlalu rapat pada Samudra saat merasakan sebuah telapak tangan memegang pinggangnya, membuat gerkan kakiny yang melompat-lompat seketika terghenti. Dia segera menunduk dan menatap tangan di pinggangnya. Begitu mendonga, Alyzaa mengerjap dan hendak menjauhkan diri, tapi segala gerakan tubuhnya terhenti saat tangan itu berubah memeluk pinggangnya.

Turun Ranjang (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang