Tiga bulan berlalu, Ares tidak berbohong jika selama tiga bulan ini dia mulai terbiasa dengan kegiatannya yang bolak-balik dari rumahnya, rumah kedua orang tua Alyzaa untuk menjemput wanita itu, lalu pergi ke restoran bersama dan setelahnya baru dia berangkat ke kantornya.
Karna itu juga, dia kira-tubuhnya juga mulai terbiasa dengan keadaan itu. Karna selama tiga bulan ini, dia baik-baik saja. Mulai terbiasa dengan lelahnya kesana-kemari di tengah banyaknya pekerjaan yang menumpuk-yang harus dia handle secara bersamaan. Namun nyatanya dia salah.
Pagi ini, mendadak tubuhnya susah bangun. Terasa remuk hingga tulang-tulangnya yang ikut terasa nyeri. Bahkan sedari dia tiba di rumah semalam-saat baru turun dari taksi, kepalanya sudah berdenyut nyeri.
Luar biasa berat dan pusing. Hingga dia melewatkan jam makan malamnya lagi. Untuk kesekian kalinya, rasa enggan untuk mengisi perutnya itu dia rasakan ketika dia masuk ke dalam rumah dan hanya kesunyian yang menyapanya. Hingga setelah membersihkan diri, dia langsung memilih mengistirahatkan tubuhnya. Tertidur dan berharap besok ketika dia bangun, tubuhnya akan kembali seperti sedia kala.
Namun sepertinya pemikiran itu salah, karna pagi ini, begitu dia terbangun, semua semakin parah. Tubuhnya sangat sulit dia gerakkan-pun kepalanya yang kian berdenyut-denyut.
Sakit sekali, pusing sekali. Dan lemas sekali.
Dengan sisa-sisa kesadarannya, dia melangkah gontai turun ke bawah, sedikit tertatih melangkah ke hidden water dispenser. Kepalanya semakin terasa berat, semakin terasa pusing dan juga nyeri.
Dia kira, setelah membasahi tenggorokannya yang terasa kering dengan air dingin. Semua akan membaik, dan dia bisa kembali beraktivitas seperti biasa. Tapi dia salah, bukannya terasa segar tubuhnya malah semakin terasa lemas, semakin tak bertenaga, perutnya bahkan kini terasa mual dan bergejolak. Membuat keringat dingin mulai bercucuran di pelipisnya.
Sial. Ada apa dengan tubuhnya?
Tak ingin semakin memperparah keadaannya, Ares kembali melangkah ke kamar. Mungkin dia harus segera menghubungi seseorang untuk meminta pertolongan.
****
Pagi ini Alyzaa berangkat sendiri ke restorannya. Tidak seperti biasanya yang pergi dengan Ares. Pria itu mengatakan ada pekerjaan yang mendesak. Yang tidak bisa dia tinggalkan. Maka dia tidak bisa pergi bersama dengannya.
Dan semua itu bukan masalah untuk Alyzaa. Toh dulu dia sering pergi seorang diri.
Namun ketika dia tiba di restoran dan melihat jika mobil Ares masih terparkir di tempatnya-seperti biasa. Ada sesuatu yang terasa salah.
Dia menatap mobil itu lama, entah berapa lama dia bertahan di sana. Tapi saat menatap mobil itu lama, dia merasakan ada sesuatu yang terasa aneh menjalar di hatinya. Sesuatu yang terasa asing dan juga tidak nyaman.
"Alyzaa?"
Dia memutar tubuhnya, kedua mata sedikit membola saat menemukan ada siapa di depannya.
"Hai, kita ketemu lagi." Sapanya ramah yang dibalas Alyzaa dengan senyum kikkuk. Mendadak, ekor matanya menatap sekeliling. Tampak gelisah dan tidak nyaman.
****
"Udah berapa lama kita gak ketemu? Tiga bulan, ya?"
Alyzaa yang hendak menyesap kopinya pun mengurungkan niatnya, dia mengangkat pandangannya dan tampak berpikir.
Tiga bulan? Selama itu?
Berarti, selama tiga bulan juga Ares bertahan dengan kegiatannya mengantar jemput dirinya?
"Aku tadi sempet ragu mau datang ke restoran itu dan bisa ketemu sama kamu. Tapi-sepertinya keberuntungan masih berpihak sama aku, ya?" Dia terkekeh. "Sebuah keberuntungan bisa ketemu kamu lagi, Za."
KAMU SEDANG MEMBACA
Turun Ranjang (SELESAI)
Romance"Pengkhianatan, luka dan juga rasa sakit yang mendalam. Membuat ku lebih tegar dari yang mereka bayangkan." Alyzaa. "Nyawa harus dibalas dengan nyawa! Maka akan aku pastikan kamu sama menderitanya layaknya kehilangan nyawa!" Ares. ***