Senyum Alyzaa yang sedari tadi dia tahan tak lagi bisa tertahan begitu Ares mendekati mejanya.
Bahkan dia tidak sadar jika sedari tadi menunggu kehadiran pria itu dengan tidak sabaran.
Setelah segala penjelasan Lylly, Alyzaa merasa harus meminta maaf pada pria itu.
"Pak Ares itu sebenarnya orangnya galak, Bu. Orangnya jarang mau bicara kalau bukan masalah pekerjaan."
"Karna itu banyak yang tidak berani mendekati orangnya. Orangnya terkenal sombong dan galak kalau di kantor."
"Saya ikut perjalanan kali ini juga karna beliau ingin saya menemani Bu Alyzaa kalau Bu Alyzaa gak ikut, saya juga gak akan ikut."
Ada perasaan hangat ketika mendengar penjelasan Lylly. Gundah itu belum hilang, tapi ada juga perasaan nyaman, dan hangat ketika tahu jika pria yang berstatus suaminya tidak seperti yang dia pikirkan.
Bolehkah Alyzaa berharap jika mulai detik ini, dia ingin-mencoba-memutuskan untuk percaya pada pria itu? Atau kata memutuskan terlalu berlebihan untuk sekarang ini?
"Gimana, bosan nunggu aku?"
Alyzaa menggeleng, tak menolak ketika Ares menarik tangannya, mengisi sela-sela jarinya dengan jari besar pria itu.
"Gak. Kamu tahu," satu tangannya yang kosong dia selipkan di lengan panjang di sampingnya. Di peluknya erat selagi mereka terus melangkah. "Aku ngobrol banyak hal sama Lylly."
"Baguslah. Gak sia-sia aku bawa dia."
"Iya. Terima kasih." Alyzaa benar-benar tulus mengatakan itu, juga ... Dia sebenarnya ingin mengatakan maaf. Tapi dia takut Ares bertanya alasan dia meminta maaf, dan bisa dia pastikan jika alasannya dari satu kata maaf darinya itu bisa merubah suasana diantara mereka.
"Masih sanggup jalan-jalan, atau mau langsung ke hotel?"
"Kamu gak capek?"
"Aku bahkan masih sanggup gendong kamu kalau itu yang pengen kamu tahu."
Alyzaa tidak bisa menahan kekehannya.
"Jadi, kita akan ke mana?" Tanyanya mendongak.
"Huis Ten Bosch?" Gumam Ares yang seketika disambut Alyzaa dengan pekikan 'Ok'
Menempuh perjalanan sekitar satu jam, akhirnya Ares dan Alyzaa tiba di Sasebo, taman hiburan Huis Ten Bosch, taman hiburan terbesar di Jepang. Di musim panas seperti ini, Alyzaa bahkan tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya.
Mereka berkeliling, menikmati malam romantis di Huis Ten Bosch tempat rekreasi ala Belanda itu. Di sana, Alyzaa bahkan bisa merasakan jika mereka benar-benar layaknya di Belanda, semua itu karna ada banyak salinan bangunan Belanda kuno seukuran aslinya. Benar-benar indah, menakjubkan dan luar biasa.
Apalagi saat musim panas seperti sekarang ini, di mana kini sedang ada festival bunga mawar. Ada banyak bunga mawar yang bermekaran indah, di bawah hiasan lampu-lampu kota yang semakin membuat suasana tampak mempesona.
"Ini indah sekali." Gumam Alyzaa. Berkali-kali.
"Benarkah?"
Alyzaa mengangguk, menoleh ke arah Ares yang kini berdiri di sampingnya.
"Jika kamu mau, besok kita bisa ke sini lagi. Siang hari akan lebih indah, kita bisa naik perahu mengelilingi kanal."
"Benarkah?"
Melihat bagaimana antusiasnya Alyzaa, Ares terkekeh, mengangguk dan merangkul pundak wanita itu erat.
"Haruskah kita liburan di sini dulu untuk beberapa waktu?" Tawarnya dengan nada bercanda yang lagi-lagi disambut gelak tawa wanita di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turun Ranjang (SELESAI)
Romance"Pengkhianatan, luka dan juga rasa sakit yang mendalam. Membuat ku lebih tegar dari yang mereka bayangkan." Alyzaa. "Nyawa harus dibalas dengan nyawa! Maka akan aku pastikan kamu sama menderitanya layaknya kehilangan nyawa!" Ares. ***