8

6.3K 429 21
                                    

"Jadi gimana? Kita bakal bawa bocah ini ke mana?"

Alyzaa melirik Arsen yang kini tertidur di kursi belakang. Setelah lelah bermain dan memakan kue coklat dari mamanya, bocah kecil itu tak lagi bersuara. Dan ternyata dia tertidur di belakang, yang Alyzaa yakini pasti bocah kecil itu kelelahan.

"Atau kalau gak kita bawa ke kantor polisi?" Tawar Tiara yang menarik perhatian Alyzaa. Dia langsung menoleh ke arah sahabatnya itu.

"Seenggaknya kita bisa minta bantuan polisi buat cari emak tu bocah, Za. Karna gue gak tega kalau harus taro tu bocah di panti asuhan. Apalagi liat tu bocah kadang gak berani minta apa-apa. Dia kayak orang trauma gak sih? Nahan semuanya sendiri, padahal bocah seusia dia tu seharusnya ekspresif banget."

Alyzaa kembali menoleh ke arah Arsen, dalam hati membenarkan ucapan Tiara. Tapi untuk lapor polisi? Itu bukan pilihan yang tepat.

"Dia bakal lebih trauma kalau kita sampai lapor polisi, Ra. Dan itu gak akan bagus buat mentalnya."

"Serius, gue boleh ngumpatin mantan laki lo gak sih, Za? Sumpah gue gedek banget! Kok bisa sih dia itu sampai selingkuh sama cewek yang bahkan gak bisa ngurus anaknya. Gue-"

"Besarin anak sendirian dengan status gak jelas pasti berat, Ra. Apalagi liat kondisi perempuan kayak dia, dan belum tentu keluarganya bisa nerima."

"Tetap aja, Alyzaa. Kalau sejak awal dia gak siap dengan kondisinya, kenapa dia gak gugurin pas tahu hamil?" Tiara terlihat jengah. "Walau itu kedengerannya kejam atau jahat, seenggaknya itu lebih baik dari pada kayak gini. Dia bahkan gak peduli sama anaknya, ujung-ujungnya juga anak jadi korban, kan? Kayak gini bahkan lebih parah dari cewek yang gugurin anaknya."

"Anak yang gak tahu apa-apa bahkan harus jadi korban, coba kalau begini, kita gak mungkin-"

"Gimana kalau gue yang adopsi dia?"

"ALYZAA!"

Tiara tampak tercengang dengan teriakannya, sedang Alyzaa dia terkejut dengan ucapnya sendiri. Tidak menyangka jika kata seperti itu akan keluar dari bibirnya. Bahkan dengan kondisi seperti ini.

Arsen yang tertidur di kursi belakang pun terlonjak kaget mendengar teriakan di depan, membuat dia menangis. Hingga membuat dua wanita yang duduk di kursi depan pun saling pandang.

Alyzaa orang pertama yang lebih dulu tersadar, buru-buru mengulurkan tanganya ke arah Arsen yang tampak menangis, terus memanggil mamanya. Yang di terima Arsen tanpa pikir panjang saat tangan besar itu terulur ke arahnya, bahkan ketika Alyzaa membawa tubuh kecil itu ke atas pangkuannya, menepuk-nepuk punggung Arsen lembut, dengan bibir bergumam tidak apa-apa. Membuat Arsen yang bersandar di tubuh wanita itu, tampak nyaman hingga berangsur-angsur tangisnya pun mereda dan kembali tertidur pulas.

Semua itu tidak luput dari perhatian Tiara, bagaimana sahabatnya itu tampak telaten mengurus Arsen, juga menenangkan bocah kecil itu.

Menarik nafas dalam dan berat, Tiara tampak menyerah dan tidak lagi bisa berkata-kata, hingga dia memilih untuk menjalankan mobilnya. Mungkin nanti setibanya di rumah dia akan berbicara dengan sahabatnya lagi. Membahas apa yang akan mereka lakukan nanti.

****

"Arsen mau buah gak?"

Arsen yang mendapatkan tawaran dari wanita dewasa di depannya pun mengangguk patuh, membuat senyum Alyzaa pun pada akhirnya mengembang.

"Ok, tante Iza mau mandi dulu, Arsen tunggu di sini, ya?" Ucap Alyzaa, menggiring Arsen ke arah sofa dengan televisi menyala di depannya.

"Asen mandi gak, ante?"

Turun Ranjang (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang