"Saya tidak tahu apa yang membuat pak Ares rela menghubungi saya, dan meminta saya untuk datang ke sini diantara waktu sibuk, pak Ares."
Ares tersenyum tipis saat mendengar ucapan wanita di depannya. Duduk di depannya hanya berjarakkan sebuah meja kaca.
Jarak mereka tak terlalu jauh, tapi tak bisa dikatakan terlalu dekat juga karna bersebrangan. Namun semua itu tak membuat Ares merasa puas karna dia tetap merasa gerah sendiri- merasa jarak mereka terlalu dekat. Hingga dia merasa muak karna ternyata wanita di depannya tak tampak polos seperti kelihatannya. Di mana dia bahkan berwajah dua. Hebat dalam memprovokasi.
"Apa pak Ares berubah pikiran?"
Tidak ada tanggapan dari Ares, namun senyum tipis yang dia tunjukkan sedari tadi sudah luntur. Terganti dengan wajah kaku dan datar.
"Selain ingin bersikap layaknya seorang karyawan teladan, apa ada hal lain yang membuat anda begitu ingin saya menarik anda ikut adil dalam kasus kakak saya?"
Jesika masih bertahan dengan senyumannya. Sama sekali tak curiga dengan apa yang dilontarkan oleh pria di depannya. Dia tampak senang dengan apa yang Ares lakukan karna telah mengundangnya datang.
Yah, Ares tidak bisa menemukan tempat tinggal Jesika, karna itulah dia memilih menghubungi nomor ponsel wanita itu-yang sengaja dia tinggalkan di hari pertama pertemuan mereka. Seperti sengaja-atau dia memang tahu jika suatu hari Ares akan menghubunginya? Memintanya untuk bergabung dan butuh bantuannya?
"Saya sama sekali tidak mengerti dengan apa yang pak Ares katakan." Aku Jesika jujur. Tampak memuakkan di mata Ares.
"Jujur sikap anda ini terlalu berlebihan untuk ukuran seorang karyawan biasa."
"Benarkah?"
"Yaeh, untuk ukuran seorang karyawan anda terlalu banyak ikut campur. Tapi berbeda halnya jika anda memiliki hubungan khusus dengan kakak saya."
Senyum Jesika luntur. "Maksud anda?"
"Apa anda memiliki hubungan khusus dengan kakak saya?" Tembak Ares langsung. Yang membuat Jesika seketika tersentak kaget. Dia tampak terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba Ares.
"Tidak perlu seterkejut itu, Jesika. Bukankah hal biasa untuk orang-orang seperti kita ini yang memiliki hubungan khusus dengan sekretarisnya di luar hubungan kerja?"
"Pak Ares-"
"Saya juga tidak akan terkejut jika anda rela menjadi simpanan kakak saya, mengingat bagaimana lamanya kalian bekerja sama selama ini."
"Saya sama sekali tidak mengerti dengan apa yang pak Ares katakan."
"Ah, sayang sekali, padahal saya sudah berbicara panjang lebar." Sindir Ares tanpa menutupi kesinissannya.
"Apa pak Ares memata-matai saya?" Tuduh Jesika seketika.
"Jadi ucapan saya benar?"
"Pak Ares!" Jesika seketika bangkit berdiri. Menatap Ares marah dan nyalang. "Untuk ukuran orang berpendidikan anda terlalu lancang!"
Ares tertawa kecil mendengar peringatan wanita di depannya. Berbeda halnya dengan bibir Ares yang tertawa, kedua matanya malah menyorot tajam. Menatap dingin Jesika yang kini juga balas menatapnya.
"Orang seperti anda bahkan tidak pantas untuk berbicara seperti itu pada saya!" Hardir Ares langsung.
"Kenapa? Karna status saya lebih rendah dari anda?"
"Tentu saja. Asal anda tahu, tidak ada status yang lebih rendah dari seorang simpanan yang merebut suami orang lain, kan?!"
Kedua tangan Jesika terkepal erat, merasa geram dengan apa yang pria di depannya katakan. Hingga kini wajahnya tampak memerah karna marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turun Ranjang (SELESAI)
Romance"Pengkhianatan, luka dan juga rasa sakit yang mendalam. Membuat ku lebih tegar dari yang mereka bayangkan." Alyzaa. "Nyawa harus dibalas dengan nyawa! Maka akan aku pastikan kamu sama menderitanya layaknya kehilangan nyawa!" Ares. ***