Alyzaa tersenyum lebar begitu dia keluar dari mobilnya. Kini dia berdiri di depan kantor Rangga, menatap gedung tinggi dengan senyum bahagia. Terlihat tidak sabar dengan reaksi suaminya saat melihat Alyzaa nanti. Terkejut kah? Bahagia kah? Atau dia akan marah karna merasa di bohongi?
Pagi tadi suaminya itu tampak merajuk karna Alyzaa membatalkan kepulangannya dengan beralaskan dirinya lelah karna sehabis sibuk melakukan pengunjungan di resto barunya. Hingga dia pun membatalkan kepulangannya. Namun siapa sangka jika ternyata Alyzaa sudah berada di hotel dekat dengan kantor pria itu dan sekarang berencana mengejutkan pria itu dengan kepulangannya.
Menatap sekeliling yang sudah tampak sepi karna sudah lewat jam pulang, Alyzaa semakin semangat untuk mengejutkan Rangga. Dia sengaja datang ke kantor pria itu di jam-jam mendekati jam pulang. Berharap nanti mereka bisa menghabiskan malam yang manis atau pergi kencan untuk melepas rindu.
Memikirkan segala keinginannya menghabiskan waktu bersama pria yang begitu dia rindukan selama hampir tiga hari ini. Alyzaa melangkah tidak sabaran masuk ke gedung kantor Rangga. Senyum bahagia sama sekali tidak surut dari bibirnya. Sesekali pandangannya pun mengarah pada paper bag di tanganya. Makanan yang sengaja dia masak di hotel tadi sebelum dia datang ke kantor pria itu. Setidaknya, Rangga selalu suka dengan segala makanan yang dia masakan. Dan berharap dia akan semakin terkejut dengan apa yang dia siapkan.
Alyzaa melambatkan langkahnya begitu dia keluar dari lift, melambatkan langkahnya begitu dia melihat pintu ruangan Rangga.
Berkali-kali Alyzaa mengatur wajahnya untuk terlihat tenang. Meski tidak bisa dibohongi jika kini dia berdebar-debar karna merindukan pria itu.
Begitu Alyzaa berdiri di depan pintu ruangan Rangga, kepala Alyzaa sedikit menoleh ke arah meja yang berada di depan ruangan pria itu. Meja sekertaris Rangga-yang tumben sekali kosong. Karna selama Alyzaa mengenal wanita itu, dia selalu mendapati keberadaan wanita itu di sana.
Mengedikkan bahu acuh, Alyzaa tak ambil pusing. Dia kembali ke niat awalnya untuk masuk ke dalam ruangan Rangga. Tapi saat tangannya baru membuka pintu sedikit, kening Alyzaa mengernyit saat mendengar suara aneh dari dalam. Suara yang mendadak membuat debar jantung Alyzaa sedikit lebih cepat.
"M-mas ... lebih cepat."
"Seperti ini, sayang?"
"Ye-eah... mas... terus,, ah.."
Tubuh Alyzaa berubah kaku. Kedua matanya bahkan tidak lepas dari apa yang dua insan lakukan di sana.
Di atas meja, tepat di depan sana. Alyzaa melihat bagaimana pria yang berkali-kali mengatakan cinta padanya tampak tengah melakukan hal menjijikan dengan sekertarisnya. Wanita yang dia panggil Jesika. Wanita yang sama yang tengah berkeringat dengan pakaian setengah terbuka. Menampilkan bahunya yang polos juga setengah tubuh atasnya.
Tangan Alyzaa terlepas dari gagang pintu, genggaman tanganya di paper bag pun sama. Tubuhnya terasa lemas tak bertenaga. Membuat makanan yang sengaja dia bawa jatuh ke atas lantai. Semua itu berhasil menarik perhatian dua orang yang tadi tengah melakukan hal menjijikan seketika terhenti. Mereka langsung menoleh ke arah Alyzaa bersamaan dengan kesadaran Alyzaa yang kembali. Wanita itu buru-buru berbalik dan menutup pintu dengan keras mengabaikan panggilan Rangga yang berteriak memanggil namanya.
Secepat kilat Alyzaa berlari, masuk ke dalam lift begitu melihat Rangga yang berlari ke arahnya dengan wajah panik. Alyzaa mengepalkan tanganya erat melihat itu. Pria itu bahkan tidak mau repot-repot membenarkan pakaiannya yang berantakan.
Begitu pintu lift tertutup Alyzaa tidak lagi mampu menahan berat tubuhnya lebih lama. Dia jatuh terduduk di atas lantai dengan kepala menunduk. Hatinya hancur melihat apa yang terjadi di dalam tadi. Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin pria yang tampak begitu mencintainya bisa berlaku sekejam itu? Mengkhianatinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Turun Ranjang (SELESAI)
Romance"Pengkhianatan, luka dan juga rasa sakit yang mendalam. Membuat ku lebih tegar dari yang mereka bayangkan." Alyzaa. "Nyawa harus dibalas dengan nyawa! Maka akan aku pastikan kamu sama menderitanya layaknya kehilangan nyawa!" Ares. ***