20

7.1K 459 16
                                    

Ares masuk ke dalam rumah mamanya dengan tangan menggandeng tangan Alyzaa. Sesekali melempar candaan yang membuat wanita itu tertawa renyah ke arahnya.

Sepanjang langkah mereka, Ares tak melunturkan senyumnya, sesekali tergelak saat Alyzaa membalas candaannya dengan ucapan sarkas hingga membuat dia merasa lucu karna candaannya membuat wanita itu geli bercampur kesal.

Hingga mereka tiba di ruang tengah-senyum Ares luntur, begitu pun arut wajahnya yang berubah kaku.

Menoleh ke arah samping, di mana Alyzaa berada- Ares bisa melihat jika wanita itu sama tampak terkejutnya seperti dirinya. Bahkan wajah berseri wanita itu beberapa hari ini sirna, terganti menjadi wajah kaku dan juga terkejut. Yang sama persis seperti dirinya. 

"Jadi dia adalah putra Rangga?"

Ares kembali menghadap depan, di mana mamanya-yang tengah duduk di kursi roda saling berhadap-hadapan dengan Arsen-pria kecil yang berhari-hari menjadi orang yang berhasil membuat Alyzaa terus murung dan juga khawatir karna kehilangan pria kecil itu.

"Anda bisa melakukan tes DNA jika tidak percaya, nyonya."

Rahang Ares mengerat, begitu pun kepalan tangannya yang kini saling bertautan dengan tangan Alyzaa. Mencekram kuat tangan wanita itu. Melangkah satu langkah-Ares segera menoleh ke samping saat Alyzaa memeluk lengannya erat. Menggeleng saat dia hendak melangkah mendekat ke arah mamanya.

Ares membuka mulut, hendak berbicara-tapi mulutnya kembali terkatup ketika tak ada sepatah kata pun yang bisa dia keluarkan. Hingga dia memilih kembali melangkah mundur.

"Bagaimana ... Mungkin?" Kembali, suara mama Ares terdengar. Tampak syok dan juga terkejut. Namun pandangannya tak berpindah sedikit pun dari pria kecil di depannya.

"Saat itu kami memang melakukan kesalahan, nyonya. Dia hadir disaat kami tidak mungkin bersama."

"Tidak mungkin bersama? Bukankah anda adalah wanita simpanan kakak saya, nona Jesika?" Sambar Ares cepat, yang langsung membuat perhatian semua orang mengarah pada Ares. Bahkan Ares bisa melihat jika mamanya- Dwita seketika menatap ke arahnya juga Alyzaa.

Seketika suasana berubah hening, membuat Ares melangkah mendekat ke arah mamanya. Bersamaan dengan tangannya yang kini melepaskan tangan Alyzaa yang memeluk lengannya, melepaskannya lalu menggenggamnya erat.

Jesika tidak bisa menutupi keterkejutannya saat melihat Ares menatapnya tajam, juga pria itu yang menggenggam tangan Alyzaa erat.

"Ares, apa maksud mu, nak?"

Ares melirik ke arah Arsen, yang kini berdiri di belakang tubuh ibunya. Tampak bersembunyi di sana. Namun saat mata bening itu menemukan Alyzaa, dia tampak hendak mendekat-tapi tertahan saat ibunya memegang pundaknya. Membuat dia bertahan di tempatnya.

Begitu pun Alyzaa, dia sedari tadi terus menatap ke arah Arsen, menatap pria kecil itu dengan pandangan lurus. Namun dia tak berusaha mendekat atau bahkan menyapa bocah kecil itu- dia seakan membiarkan segalanya. Atau dia hanya berusaha menahan diri?

"Dia adalah wanita simpanan putra sulung mama. Rangga."

Seketika, Dwita menatap ke arah Jesika. Dia tampak terkejut dan juga tak percaya.

"Pak Ares, sebenarnya-"

"Jangan menyebut nama saya! Itu terdengar menjijikan!"

Sudah Jesika duga jika dia sampai berjumpa dengan Ares setelah pertemuan malam itu-di mana pria itu mengeluarkan ancamannya, semua akan menjadi kacau seperti sekarang. Karna itu dia sudah mencari tahu tempat tinggal pria itu. Yang dia yakini tidak satu atap dengan nyonya Dwita-setidaknya, dia harus mencari cara untuk menyelamatkan diri dari segala ancaman pria itu. Dia tidak mungkin menang melawan Ares, maka dia harus mencari pelindung untuk dirinya-yang sama berkuasanya, atau bahkan bisa lebih mengontrol pria gila di depannya.

Turun Ranjang (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang