Sekarang!!
Alyzaa menarik selimut agar lebih menutup tubuhnya. Menggenggamnya erat selagi selagi merasakan pergerakkan di belakangnya, kedua matanya pura-pura terpejam saat ada lengan kokoh melingkar di pinggangnya.
"Aku lapar, belum makan apa pun dari siang," Alyzaa tak bergeming, tetap memejamkan matanya selagi merasakan nafas pria di belakangnya. Pura-pura tidur agar menghindari interaksi dengan pria di belakangnya, di mana kini dia semakin mengeratkan pelukannya. Ada nafas kasar yang menerpa tengkuknya, disusul dengan bibir basah mengecup pundak polosnya.
"Alyzaa, kamu sudah tidur?"
Tak ada jawaban hingga terdengar hembusan nafas kasar di belakangnya, di susul pergerakkan ranjang-yang Alyzaa yakini jika pria di belakangnya pasti tengah turun.
Selagi belum mendengar apa pun, Alyzaa masih memejamkan matanya. Pura-pura tidur sampai terdengar langkah kaki menjauh, lalu ada suara pintu terbuka dan tertutup secara bergantian, barulah Alyzaa membuka matanya. Diremasnya kuat selimut yang membungkus tubuhnya, nafas kasar keluar dari mulutnya dengan kedua mata terpejam erat.
Bangun dari berbaringnya dengan sedikit kesulitan, Alyzaa segera membuka laci yang berada di samping ranjang, meraih sesuatu dari sana dan segera menegak isinya. Setelah selesai dia pun kembali berbaring dan memeluk selimut yang membungkus tubuhnya, tanpa mau repot-repot berpakaian atau melakukan apa pun. Memilih kembali memejamkan matanya erat.
****
Sejak banyak kebohongan yang diterima Alyzaa dari pernikahannya dulu, Alyzaa tidak pernah lagi mengharapkan sesuatu yang terlalu tinggi.Tidak untuk pasangan hidup, tidak juga untuk hubungan pernikahan yang lebih baik. Cinta, suka, ketulusan, semua itu hanya sebuah kamuflase belaka. Tidak ada yang nyata-pun untuk seorang pria yang akan benar-benar menikah karna perasan tulus pasangannya.
Karna itulah, saat ini, untuk pernikahannya bersama Samudra. Alyzaa tidak akan mengharapkan apa pun. Membiarkan segalanya mengalir sebagaimana semestinya. Hingga nanti pria itu lelah, merasa sudah mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia akan melepaskan Alyzaa.
Merasa bosan dengan semua yang dijalaninya. Yah, begitulah seterusnya.
Pukul enam pagi, waktu biasa Alyzaa bangun dari tidurnya. Segera membersihkan diri sebelum menyiapkan sarapan untuk sang tuan muda Samudra. Karna lebih dari tiga puluh menit pria itu akan terbangun dan kembali menyulitkan Alyzaa. Dengan segala drama paginya, sikap menyebalkannya dan seenaknya yang kadang membuat Alyzaa benar-benar dilanda frustasi tingkat tinggi.
Contohnya saja seperti pagi ini, begitu Alyzaa masuk ke dalam kamar-dia sudah mendapati Samudra duduk di rajang dengan selimut membungkus setengah tubuhnya. Ada ponsel di tanganya, pandanganya tampak sibuk ke arah benda pipih itu. Tapi seakan dia mendengar suara langkah kaki Alyzaa, tanpa menoleh dia segera mengeluarkan titahnya.
"Gue mau mandi! Siapkan air hangat!"
Ingin sekali Alyzaa mendengus, melempar pria yang bertelanjang dada itu dengan koleksi sepatu haknya. Membuat pria itu merasakan bagaimana runcingnya hak sepatu Alyzaa. Yang bisa saja membuat kepala pria itu berlubang.
Seakan sadar dengan tatapan datar Alyzaa, Samudra pun mengangkat pandanganya. Menatap Alyzaa yang hanya diam di tengah pintu dengan kedua mata menatapnya lurus.
"Gue gak perlu nyuruh dua kali, kan?"
Merada kekesalannya, Alyzaa pun berlalu ke arah kamar mandi. Melakukan apa yang tuan muda Samudra ingin kan, selagi dia bisa menahan diri dan menekan amarahnya.
Selesai dengan kegiatannya menyiapkan air hangat, Alyzaa segera keluar dari kamar mandi dan menemukan Samudra masih bertahan di tempatnya. Dengan posisi yang sama, masih sibuk dengan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turun Ranjang (SELESAI)
Romance"Pengkhianatan, luka dan juga rasa sakit yang mendalam. Membuat ku lebih tegar dari yang mereka bayangkan." Alyzaa. "Nyawa harus dibalas dengan nyawa! Maka akan aku pastikan kamu sama menderitanya layaknya kehilangan nyawa!" Ares. ***