1

25.4K 773 9
                                    

"Ngapain lo di sini?!"

Alyzaa yang mendapatkan pertanyaan tiba-tiba dari pria di belakangnya pun tidak bisa menutupi wajah terkejutnya begitu dia memutar tubuhnya. Kedua matanya seketika melebar, tapi kemudian sebisa mungkin dia memasang wajah tenangnya.

"Aku-"

"Masuk!"

"Sam-"

"Gue bilang masuk!"

Tak mendebat lagi pada akhirnya Alyzaa pun menuruti perintah pria di depannya. Masuk ke dalam  sesuai keinginan pria itu yang baru kemudian diikuti pria itu di belakangnya.

Untuk beberapa saat Alyzaa bahkan kesulitan menggerakkan kakinya begitu dia masuk. Karna seluruh pasang mata mengarah padanya, hanya sepersekian detik sebelum semua melengos. Membuang muka dengan gerakan malas. Seakan-akan sebuah kesalahan karna telah menatap ke arahnya. Alyzaa tersennyum kecut, apa yang dia harapkan dari apa yang setelah dia terima setahun terakhir?

Sampai sesuatu berdiri di sampingnya, menarik perhatiannya, membuat Alyzaa mendongak.

Jika biasanya dia akan langsung memasang wajah biasa, menerima dengan pasrah apa yang pria itu inginkan, bereda kali ini. Saat tangan Alyzaa terulur, melingkar di lengan pria itu-Alyzaa merasa tak bisa membendung rasa sakitnya. Apa lagi ketika sayup-sayup dia mendengar suara seseorang saling membicarakannya. Hatiny semakin terasa tak menentu.

"Lihat, apa dia gak punya urat malu? Gak kakak gak adik, dua-duanya diembat! Kalau itu aku, aku yakin aku gak akan punya muka lagi. Apalagi masih harus menghadiri acara keluarga begini!"

"Memangnya wanita itu kapan punya urat malu? Langsung nikah di hari suaminya meninggal aja dia sanggup. Padahalkan dulu suaminya begitu mencintai dia. Apalagi cuman datang di acara kayak gini. Acara yang bahkan udah dia hadiri setiap tahunnya."

"Dia bener-bener gak punya urat malu!''

"Bukan cuman urat malu, dia juga bahkan udah gak punya harga diri."

"Iya kamu bener, wanita mana yang di tidurin kakak adik kayak gitu masih punya harga diri?"

"Kalau ku jadi Samudra, aku gak akan sudi nikah sama perempuan kayak gitu. Udah gak ada harga dirinya, apalagi urat malu? Yang ada mah cuman buat malu. Heran, Cowok sempan, setampan dan sesukses itu kok mau sih nikah sama perempuan kayak gitu?"

"Apalagi? Di pelet lah."

Semua kata itu Alyzaa sering mendengarnya. Ucapan seperti itu bahkan sudah sering dia dengar hampir setiap harinya, tapi kenapa rasanya masih tidak mengenakkan dalam hati? Kenapa masih menyakitkan begini?

"Gak heran muka cantik, badan seksi gitu masih banyak yang naksir padahal gak punya urat malu.''

Tak lagi bisa menahan rasa sakit hatinya, pada akhirnya Alyzaa pun melepaskan genggaman tangannya di lengan pria di sampingnya. Berbalik dan berlari keluar, mengabaikan segala pasang mata yang kembali menatapnya, tak terkecuali pria yang kini berstatussuaminya-yang mungkin saja setelah ini, akan begitu murka padanya.

****
"Za, lo gak papa?"

Alyzaa mendongak begitu mendengar kursi di depannya ditarik, disusul seorang wanita duduk di sana.

"Za.."

Alyzaa mengangguk lemah. Baru menjawab pelan. "Iya, gue gak papa."

"Lo yakin?"

"Hmm,"

"Kalau sekiranya lo-"

"Gue baik-baik aja, Ra. Itu kalau yang lo khawatirin."

Turun Ranjang (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang