Selama hampir seminggu Alyzaa hanya menghabiskan waktu di dalam rumahnya. Mengurung diri tanpa melakukan apa pun. Dia hanya akan tidur seharian, menatap langit-langit kamar tanpa melakukan apa pun. Hanya Tiara yang menemaninya sepanjang hari, juga mamanya yang akan datang sesekali. Itu pun hanya menyuruh Alyzaa untuk makan atau mengajaknya untuk keluar kamar karna keluarganya datang berkunjung, tapi Alyzaa seakan tak peduli, dia hanya diam tanpa membalas segala bujuk rayu mamanya.
Tapi hari ini, entah mengapa Alyzaa memilih bangkit dari ranjangnya, keluar kamarnya dengan tubuh tampak rapi. Semua ini karna semalam sahabatnya Tiara, yang hari ini mulai kembali masuk kerja setelah mengambil cuti untuk menemaninya di rumah.
Alyzaa melihat bagaimana sahabatnya itu tampak rapi dengan stelannya, membuat Alyzaa tanpa sadar termenung.
Mau sampai kapan dia akan bersikap seperti sekarang ini. Hanya diam tanpa melakukan apa pun. Meratapi nasibnya yang bahkan tidak akan berubah. Rangga, papa mertuanya tidak akan pernah kembali meski dia mengurung diri di dalam kamar.
Dan semua rasa marah, kecewa juga sakit hatinya tidak akan sembuh hanya dengan Alyzaa berbaring sepanjang hari di dalam kamar. Yang ada dia akan terus mengingat segala kenangannya bersama Rangga, juga apa yang pria itu lakukan.
Dia harus bangkit, harus berusaha menyembuhkan segala sakit juga lukanya. Mungkin dengan mulai beraktivitas seperti biasa akan membuat Alyzaa berangsur-angsur lupa dengan segala rasa sakit hatinya. Juga melupakan segala hal tentang Rangga.
"Alyzaa, lo.... ?''
Tiara tampak terkejut dengan kemunculan sahabatnya yang tampak rapi. Tidak seperti seminggu terakhir ini-yang hampir sama layaknya mayat hidup. Kini Alyzaa tampak rapi dengan stelannya. Entah Tiara harus lega atau semakin khawatir, tapi melihat Alyzaa yang bahkan tiba-tiba bersikap biasa seperti ini malah membuat Tiara takut.
Karna sahabatnya itu hanya akan diam tanpa melakukan apa pun sejak seminggu terakhir. Diam dengan pandangan kosong, bahkan Tiara tidak yakin jika Alyzaa akan makan jika tidak dia atau mama sahabatnya itu paksa dan marahi. Dia sudah sama persis seperti seorang manusia tak bernyawa juga tak memiliki semangat hidup. Rangga, pria brengsek itu benar-benar sialan. Dia sudah merubah sahabatnya yang ceria, selalu hidup damai menjadi seorang wanita yang bahkan nyaris tak bernyawa.
"Za, lo mau ke mana?"
"Kerja."
Tiara diam dan menatap Alyzaa. Membuat wanita yang hari ini berpakaian serba putih itu pun balik menatapnya.
"Kenapa?'' Tanya Alyzaa karna Tiara terus menatapnya.
"Lo yakin?"
''Hmm,''
"Za, kalau lo butuh waktu buat sendiri gak papa. Gue ngerti dan maklum. Gak usah di paksa. Atau kalau lo mau liburan, gue-"
"Gue udah baik-baik aja kok." Seru Alyzaa menghentikan ucapan Tiara. "Gue cuman mau bersikap realistis mulai sekarang. Dan juga sekarang ini yang gue butuhin cuman kerja dan menyibukkan diri sendiri.''
Melangkah ke arah meja makan, Alyzaa duduk di salah satu kursi. Diikuti Tiara di sampingnya. Dengan cekatan dia mengisi piring sahabatnya dengan sarapan yang pagi ini dia siapkan untuk mereka berdua.
Sahabatnya itu seakan masih tidak percaya dengan penglihatannya. Karna itu dia menatap Alyzaa tanpa berkedip.
"Lagi pula," menoleh ke arah Tiara, "Sakit hati dan kecewa gue gak akan berkurang kalau cuman diam di rumah tanpa melakukan apa pun. Dan buat liburan, kayaknya itu terlalu berlebihan buat gue. Gue gak butuh itu.''
"Za."
"Gue gak butuh liburan. Karna yang gue butuhin cuman nyembuhin sakit hati gue. Dan cara satu-satunya cuman gue sibuk dengan pekerjaan. Lupain semua yang gue alami selama ini." Alyzaa meraih sendok di depannya, menatapnya lama dan juga menggenggamnya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turun Ranjang (SELESAI)
Romance"Pengkhianatan, luka dan juga rasa sakit yang mendalam. Membuat ku lebih tegar dari yang mereka bayangkan." Alyzaa. "Nyawa harus dibalas dengan nyawa! Maka akan aku pastikan kamu sama menderitanya layaknya kehilangan nyawa!" Ares. ***