33

6.3K 460 64
                                    

Ares benar-benar menepati janjinya, setelah pulang kerja, dia langsung ke rumah mertuanya. Dengan membawa beberapa makanan favorit istrinya, Ares berharap malam ini dia bisa bertemu dengan perempuan itu.

Tepat pukul sepuluh malam dia tiba di sana, waktu yang cukup larut untuk seseorang bertamu. Tapi, dia tidak bisa mengabaikan janjinya begitu saja. Lagipula, dia juga sangat merindukan istrinya itu. 

Jadi dengan sisa-sisa keberaniannya, dia mengetuk pintu rumah mertuanya. Yang beruntung, mertuanya masih belum tidur.

"Loh, Res, baru pulang kerja?" Tanya Irfan, yang lagi-lagi membukakan pintu untuknya.

"Iya, Pa." Dia tampak lebih rileks kali ini berhadapan dengan mertuanya.

"Iza udah tidur belum ya, Pa?"

"Udah sih kayaknya. Habis makan malam dia langsung masuk ke kamar." Irfan membuka pintu rumahnya lebar-lebar. "Eh, ayo masuk-masuk. Jangan di luar aja." Sambutnya dengan hangat.

Meski sedikit kecewa mendengar penjelasan mertuanya, Ares tetap masuk. Duduk di sofa selagi mertuanya mengajaknya mengobrol. Tak mama mertuanya keluar, dan sama terkejutnya dengan Irfan tadi. Namun dia segera menyambut Ares dengan hangat, dia bahkan menawarkan Ares makan malam dan teh. Apalagi saat Ares membawakan makanan favorit Alyzaa. Seperti janji pria itu pagi tadi.

"Gimana kerjaan lancar, Res?"

"Alhamdulillah, lancar, Pa."

Setelahnya, obrolan itu mengalir begitu saja. Dan Ares baru tahu jika mertuanya ternyata tidak semenyeramkan pemikirannya. Bahkan dengan ramah dia mengajak Ares bermain catur. Sejenak mengisi obrolan mereka yang hampir mendekati tengah malam.

"Kamu beneran gak mau nginep? Ada banyak kamar kosong loh kalau kamu gak mau ganggu Iza." Tawar Irfan saat Ares pamit pulang. Karna jam hampir mendekati lewat tengah malam.

"Gak usah, Pa. Ares pulang aja." Tolak Ares sopan.

"Papa benar, Res. Ini udah hampir lewat tengah malam. Kamu juga kelihatan capek banget baru pulang kerja langsung ke sini. Biar mama siapin kamarnya, ya? Atau mau mama bangunin Iza juga gak papa. Dia pasti gak keberatan kok kamu nginep di sini." Bujuk Intan.

"Gak papa, Ma. Ares pulang aja." Tolak Ares untuk kesekian kalinya. Yang pada akhirnya membuat kedua mertuanya menyerah. Tak lagi memaksa untuk menahan Ares tetap tinggal.

"Ya udah kalau gitu, tapi hati-hati ya."

Ares mengangguk. "Tapi, besok Ares masih boleh ke sini lagi, kan, Ma, Pa?"

"Eh ya boleh dong. Ini kan juga rumah orang tua kamu, Res. Jangan sungkan kalau mau ke sini. Mau nginep juga mama dan papa senang kok. Malah rumah jadi berasa rame kalau ada kamu. Jadi papa punya teman main catur."

Ares tersenyum lega mendengar ucapan mertuanya. Setelahnya, dia pun pamit pulang. Yang dengan berat hati melangkah keluar rumah mertuanya sebelum dia bertemu dengan istrinya.

Tapi setidaknya, dia sudah mendengar dari mama mertuanya, jika Alyzaa masih makan dengan baik dan baik-baik saja. Tidak seperti yang dikhawatirkan oleh Ares.

****

Dengan wajah kusut layaknya belum di setrika, Ares memilih ke rumah sakit. Menemui ibunya yang sedari semalam dia tinggalkan. Beruntung, ada Tante Windi yang mengatakan akan menjaga mamanya selagi Ares sibuk dengan urusannya dan Alyzaa. Juga masalah pekerjaan di kantor. 

Turun Ranjang (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang