Happy Reading❄️
***
Syra menuju balkon untuk memberikan susu hangat pada Haikal. Ia tahu, pria itu pasti sangat lelah karena sedari pagi harus mengurus pekerjaan di rumah sakit. Ditambah, Haikal tidak mendapat tidur yang cukup karena saat sampai di rumah, Haikal kembali pergi ke rumah sakit tempat Abinya dirawat.
Saat sampai di depan pintu, pandangan Syra langsung terfokus pada Haikal yang terduduk dengan laptop di hadapannya. Syra terpaku pada penampilan pria itu, terutama bagian rambut.
Biasanya, rambut Haikal selalu rapi dengan model belah samping. Namun, kini tampilan suaminya itu berbeda, ramputnya yang sedikit panjang ditambah acak-acakan seperti itu membuat auranya terlihat berbeda.. lebih, manis.
Haikal memang belum pernah lagi memangkas rambut sejak dua minggu lalu. Apalagi, sejak Farhan masuk rumah sakit.
Pria itu nampak sedikit tidak memperhatikan penampilannya, yang Syra lihat, Haikal hanya terus memikirkan dirinya dan keluarganya.
Sebelum mendekat, Syra berdeham. Barulah setelahnya mengambil langkah pelan menghampiri Haikal.
"Kak?" panggil Syra. Haikal yang semula fokus pada layar laptop seketika mendongak menatap sang istri.
"Syra. Kenapa?"
"Buat Kakak." Syra menyodorkan susu hangat yang dibuatnya pada Haikal. Namun, justru membuat Haikal mengerutkan dahi.
Ya, Haikal memang tidak menyuruh Syra untuk membuatkannya minum, Syra sendiri yang menginginkannya.
Tersenyum tipis, Haikal mengambil cangkir yang dipegang Syra lalu meletakkannya di atas meja, kemudian menepuk pelan kursi kosong tepat di sampingnya.
"Duduk, Ra," pintanya. Syra menurut dan mengambil posisi duduk senyaman mungkin. "Makasih ya. Kamu udah makan?" tanya Haikal.
"Sudah."
Haikal mengangguk-anggukan kepala. "Baguslah. Oh iya, tadi aku gak sengaja liat kalai sikap Ziya mulai baik ke kamu. Apa aku yang salah?"
Pertanyaan itu membuat senyum tak terelakkan dari wajah Syra. Ia tersenyum dan menunduk mengingat sikap Ziya yang menghangat.
Mata Haikal tak berkedip mendapati senyuman dan kekehan kecil keluar dari bibir Syra. Perhatiannya saat ini sepenuhnya teralih pada wajah sang istri yang berbinar.
Sungguh, keindahan yang diciptakan Allah pada Syra sangatlah luar biasa.
"Hehe, iya, Kak. Aku senang akhirnya Ziya bisa bersikap baik sama aku." Syra berucap lembut.
Haikal yang semula terdiam, tes penuh arti. "Iya, Ra. Udah aku bilang. Tapi, boleh aku tau apa yang udah kamu lakuin sampai dia luluh secepat ini?"
"Eeemmm...." Syra menggaruk lengan kirinya yang tidak gatal. Bagaimana ini? Jawaban apa yang tepat untuk pertanyaan Haikal. Jika dia jujur, Ziya jelas akan terkena imbasnya. Namun, ia pun tidak ingin berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lintas Rasa (Selesai)
SpiritualKita terjebak dalam zona waktu yang salah. Ketika aku menginginkanmu, kamu justru menginginkan dia, seakan kita adalah dua orang yang sama-sama egois perihal rasa. Hingga, aku memilih mengalah dengan mengubur dalam-dalam dan membiarkan rasa itu mati...