"Nama tokoh, tempat kejadian, konflik ataupun cerita adalah fiktif. Jika terjadi kesamaan itu adalah kebetulan semata, tidak ada unsur kesengajaan."
©Story of 'Lintas Rasa' by @IraKarrella
.
.
.
.Bolehkah egois dengan meminta dia dengan sangat pada-Nya? Karena hati ini sudah terpaut padanya.
Happy Reading❄️***
"Syra, sini, Nak."
Syra yang tengah fokus dengan beberapa buku di tangannya beralih menatap Farhan yang berada di ruang tengah bersama Amina.
"Ada apa, Bi?" tanya Syra dan langsung bergabung untuk duduk tepat di sebelah Amina.
Farhan meletakkan kembali cangkir teh yang tadi digenggamnya, ia menatap serius pada putri semata wayangnya itu.
"Syra, Abi ada yang ingin diomongin. Tapi, Abi harap kamu gak kaget."
Suasana yang cukup tegang berhasil membuat Syra was-was. Karena memang jarang sekali Farhan ingin berbicara seserius ini.
"Ngomong aja, Bi. Kenapa?"
Farhan terlebih dulu menghela ringan. Amina yang berada di samping Syra hanya diam sambil mengusap-usap punggung putrinya, mungkin mencoba menenangkan.
"Begini, ada teman Abi yang berencana menjodohkan anaknya sama kamu. Apa kamu sudah punya calon? Kalau belum, Insyaa Allah Abi akan diskusi lebih jauh," beritahu Farhan kemudian.
Netra Syra seketika membulat.
Dijodohkan?
Jika saja dengan Ega, mungkin Syra tidak akan segan untuk langsung mengiyakan, tetapi, mungkin saja bukan, karena setahunya Ayah Ega tidaklah mengenal Farhan.
"Siapa, Bi?" tanya Syra hati-hati.
Andai dia mampu jujur pada kedua orang tuanya, tentang siapa yang ada di hatinya sungguh akan Syra lakukan. Namun, Syra masih belum ada keberanian saat ini.
"Ada teman Abi, orangnya jauh tapi dia dari keluarga baik-baik, justru itu Abi juga mau menanyakan sama kamu, kamu sudah punya calon?" Farhan balik bertanya. Syra bingung harus mengatakan apa. Sungguh, situasinya membingungkan saat ini.
"Sebenarnya Syra belum punya, tapi untuk menikah secepat itu Syra belum bisa. Abi tau, kan? Syra masih punya cita-cita yang mau Syra wujudkan," balas Syra. Amina tidak bersuara sama sekali, ia hanya sibuk mengusap-usap punggung Syra agar putrinya itu tidak terlalu tegang.
"Cita-cita kamu sebagai dokter itu?" tebak Farhan, Syra mengangguk lemah.
"Bukannya Abi sudah melarang?"
Mendengar itu membuat Syra langsung menunduk tak berani menatap Farhan.
"Syra, Abi tidak merestui kamu menjadi dokter, lalu kenapa bersikeras?" lanjutnya.
Syra menelan ludah susah payah. Beberapa saat ia menghela dan kembali menatap Farhan."Bi. Syra mohon, ini cita-cita Syra, Syra gak minta apa-apa selain restu dari Abi. Untuk menikah, maaf Syra gak bisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lintas Rasa (Selesai)
روحانياتKita terjebak dalam zona waktu yang salah. Ketika aku menginginkanmu, kamu justru menginginkan dia, seakan kita adalah dua orang yang sama-sama egois perihal rasa. Hingga, aku memilih mengalah dengan mengubur dalam-dalam dan membiarkan rasa itu mati...