[22] Memilih Bertahan

591 38 2
                                    

Ada berbagai alasan untuk melepaskan. Namun, kenapa kamu malah memilih untuk bertahan?

Happy Reading❄️

***

"Kakak kenapa?"

Itu adalah pertanyaan sama yang Syra dengan hari ini. Sejak kejadian tadi siang, dan sejak dirinya menangisi perbuatannya, semua anggota keluarga menanyakan keadaannya.

Terutama, saat melihat kantung mata dan hidung merah Syra.

Ia lelah, ia ingin istirahat tanpa mendapat pertanyaan yang sama. Namun, kali ini Ziya tidak ingin melepaskannya. Ya, adik iparnya itu menjadi orang yang kesekian menanyakan dia kenapa.

Di rumah sakit tadi, baik Amina, Aidil dan Adit yang bertanya seperti itu. Sedangkan di sepanjang perjalanan tadi, Zulfa yang tidak bertanya tanpa henti.

Allah, Syra hanya bingung harus menjawab apa.

"Kak belum jawab pertanyaan aku?" desak Ziya, Syra yang semula sibuk pada pakaian yang akan dimasukan ke dalam lemari menoleh menatap gadis itu.

"Gak apa-apa, cuma sedikit kepikiran soal Abi, dan kurang istirahat mungkin." Syra beralibi. Lagi.

"Tapi gak biasanya. Kakak gak sembunyikan apapun, kan?"

Syra menggeleng. "Nggak, Ziya. Terima kasih sebelumnya, tapi serius Kakak gak apa-apa," jeda sekian detik. "Kamu baik dan perhatian, hehe."

Ziya menggenggam tangan Syra. Ia tahu, ada sesuatu yang disembunyikan oleh Kakak iparnya itu, dan pastinya berhubungan langsung dengan Kakaknya juga, Haikal. Karena yang Ziya lihat tadi, sehabis mengantar Zulfa dan Syra pulang, Haikal kembali melesat ke rumah sakit tanpa berbicara satu kata pun.

"Kalau ada apa-apa, cerita aja, Kak. Semua tentang Kak Haikal aku tau. Ini berhubungan dengan Kak Haikal, kan?"

Syra terdiam sesaat. Hingga, dia mengerjap dan tersenyum tipis.

"Sedikit, tapi tenang, masalah ini gak terlalu besar," jawab Syra dengan berat. Jujur ia ingin menceritakannya, terlebih saat mendengar tentang Ziya yang mengetahui banyak tentang Haikal. Mungkin, itu juga termasuk masa lalunya.

Namun, lagi dan lagi, rasa lelah dan sesak terlebih dulu menghentikan inginnya.

***

Haikal hanya mampu menghela berat untuk jam-jam yang dia lewati. Kenapa semua ini harus terjadi?

Kenapa Hilya hadir kembali di hidupnya?

Memang, Haikal berharap bertemu lagi dengan wanita itu. Namun, bukan dengan keadaan seperti ini.  Ia bahkan tidak tahu, jika istrinya ternyata adalah sahabat dari wanita yang mencintainya.

"Dokter, pasien di ruang melati butuh bantuan dan pemeriksaan sekarang," sahut seorang perawat bernama Anita pada Haikal.

"Saya? Bukannya itu bukan tugas saya? di mana dokter yang seharusnya menangani pasien?"

"Dokter Reyhan sedang sibuk di lain tempat, dokter. Beliau mengamanahkan tugas ini pada dokter karena semua dokter ahli tidak ada yang free."

Haikal mengangguk-anggukan kepala. Sebenarnya, ia memiliki tugasnya sendiri. Namun, terkadang ada amanah dari dokter lain yang diberikan padanya, seperti saat ini.

Itulah kenapa, terkadang dia pun terlambat pulang ke rumah. Karena seharusnya, jadwalnya berada di rumah sakit hanya berkisar antara pagi jam 07.00-11.00 untuk hari senin hingga kamis, sementara jumat dan sabtu 07.00-10.00, setelah itu pulang dan kembali lagi pada sore hari hingga malam.

Lintas Rasa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang