Aku terlalu berfokus pada kebahagiaan hingga lupa bahwa, kebahagiaan dan ujian bisa saja berdampingan.
-Asyra Almahyra
.
.
..
Happy Reading❄️
***
"Ya Allah, ini bukan mimpi, kan?"
Mata Syra berbinar melihat benda putih dengan dua garis merah yang menjadi alasan kegugupannya beberapa menit lalu. Kini, dadanya seakan dipenuhi dengan rasa yangtidak bisa dia jelaskan dengan kata-kata. Senang, terharu, dan lega bercampur jadi satu.
Namun, sesaat ketika menyadari sesuatu, raut wajahnya berubah.
Bagaimana cara memberitahu Haikal?
Tepat sebulan setelah Haikal kembali dari luar kota dan pria itu kini tengah disibukkan dengan berbagai persiapan berkas-berkas penting untuk mendaftar PPDS beberapa minggu lagi sekaligus pekerjaan di rumah sakit sehingga tidak memiliki banyak waktu bersama keluarga dan di rumah.
"Kalau Kak Haikal sibuk dan gak bisa bicara sebentar gimana?" gumam Syra lagi. Pikirannya mulai memikirkan hal-hal yang seharusnya tidak dia pikirkan. Padahal, ia sendiri tahu, jika sesibuk apapun Haikal, pria itu pasti selalu mempunyai waktu untuk mendengarkan segala pembicaraannya, bahka meskipun itu tidak terlalu penting sama sekali.
Mengerjab sesaat, Syra menghela ringan lalu memutuskan untuk berjalan keluar dari kamar mandi. Membawa benda yang notabene adalah alat tes kehamilan dengan perasaan yang masih bercampur aduk.
Saat pintu kamar benar-benar membawanya keluar, ia tercengang melihat Haikal yang baru masuk ke dalam kamar dan berjalan menghampirinya.
"Syra, aku cari ternyata ada di sini. Habis ngapain?" tanya Haikal setelah benar-benar tiba di hadapan Syra. Syra meneguk ludah susah payah.
"Em, habis buang air kecil," jawabnya sedikit gugup, ia kembali menghela, mencoba menetralkan perasaan agar tenang. "K-Kak, aku mau kasih tau sesuatu."
Haikal mengerutkan dahi. "Kasih tau apa, Ra? Nggak bisa nanti ya? Soalnya aku juga mau ajak kamu jalan."
"Jalan?" ulang Syra. "Kemana, Kak?"
"Keluar, ada undangan dari rekan dokter yang beberapa bulan lagi menikah, nah hari ini dia mau merayakan dengan mentrakir semua rekan dokternya. Termasuk aku,” jelas Haikal. Syra mengangguk-anggukan kepala lalu terdiam setelahnya.
Jika saja Haikal mengajaknya hanya berdua saja, sungguh itu adalah waktu yang tepat untuk memberitahunya. Namun, di sana pasti akan ramai oleh rekan dokter Haikal. Lagipula, ia pun masih sedikit ragu karena belum memeriksakan ke dokter kandungan.
"Em, tapi aku mau ketemu Mama dulu, boleh? Ada yang mau aku kasih tau," ucap Syra setelah terdiam cukup lama. Ia berpikir untuk memberitahu Zulfa terlebih dulu. Karena, menggunakan alat tes kehamilan itu adalah ide sang mertua.
"Kasih tau apa, sih?" Haikal terkekeh sebentar. "Tapi Mama gak ada di luar, kata Ziya lagi pergi sama Papa."
"Lagi pergi, ya?" gumam Syra tetapi masih bisa didengar oleh Haikal.
"Syra?" panggil Haikal. Syra menatapnya.
"Iya, Kak?"
Haikal menghela sambil tersenyum. "Mau kasih tau apa? Kalau penting yaudah, kita bisa bicara sebentar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lintas Rasa (Selesai)
SpiritualKita terjebak dalam zona waktu yang salah. Ketika aku menginginkanmu, kamu justru menginginkan dia, seakan kita adalah dua orang yang sama-sama egois perihal rasa. Hingga, aku memilih mengalah dengan mengubur dalam-dalam dan membiarkan rasa itu mati...