[25] Ingin Baik-baik Saja

536 37 4
                                    

Happy Reading❄️

***

Syra terdiam mencerna semua alur kehidupan yang saat ini menghampiri. Ketahanannya runtuh, kentara dari sorotan matanya yang memperlihatkan begitu banyak kesakitan dan kebingungan.

Beberapa saat beradu dengan pikiran, Syra mengusap kasar air mata yang telah lancang turun membasahi pipinya kemudian berlalu pergi dari sana tanpa sepatah kata pun. Meninggalkan Haikal dan Ega.

Moment beberapa bulan yang lalu terulang lagi haru ini dan penyebabnya masih orang yang sama.

Sepeninggal Syra, Haikal masih setia melihat punggung sang istri mulai hilang dari pandangan.

"Syra tampak tidak bahagia. Mau sampai kapan kamu tetap egois, dokter?"

Haikal memejamkan mata mala suara Ega terdengar. Ya, setidaknya dia masih bisa bernapas lega karena pria itu tidak mengikuti istrinya ke dalam rumah sakit. Namun, seketika pun ia sadar, pasti Ega ingin membicarakan hal ini padanya.

Mengerjab sesaat, Haikal lalu beralih menatap Ega. "Sebenarnya apa salah saya sama kamu? Kenapa kamu terlihat sangat ingin memisahkan saya dari istri saya?"

"Saya bukan ingin merebut Syra. Tapi jika bersama kamu tidak membuat dia bahagia, maka saya mohon lepaskan dia," ucap Ega penuh penekanan. "Lagipula, ibu saya pun menanti dia untuk menjadi istri saya dan ... saya juga tau kalau Syra tidak mencintai kamu, iyakan?" lanjutnya.

Haikal sungguh tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Sangat menyakitkan saat kalimat 'Syra tidak mencintai kamu' itu masuk ke pendengarannya. Sebuah kebenaran yang sangat ingin dia ubah.

"Terimakasih sebelumnya. Tapi, dia istri saya. Sa—"

"Ternyata benar, kamu sangat egois." Ega mengatur deru napas yang memburu. "Ibu saya sakit, saya kehilangan ayah saya, dan Syra tidak bahagia. Dan kamu? Ck, sungguh luar biasa dokter Haikal." Ega bertepuk tangan dengan seulas senyum sinis.

Haikal terdiam. Jujur, ia sedikit terkejut mengetahui perihal kondisi pria yang pernah menjadi cinta pertama Syra. Namun, ia pun berpikir, apa ini salahnya?

Haikal mengerjap dan kembali menatap Ega. Namun, dengan tatapan yang cukup tajam.

"Saya turut sedih atas apa yang saat ini menimpa kamu. Tapi maaf, apapun yang terjadi, saya tetap tidak akan melepaskan istri saya!" Haikal berkata tegas lalu berbalik ingin pergi dari sana.

"Bahkan jika ini adalah permintaan dari Syra sendiri?" Namun, suara Ega kembali menghentikannya.

Haikal membeku.

Lagi, ucapan Ega menguji kesabarannya Namun, ia tetap terdiam seakan tak tahu harus menjawab apa. Beribu kalimat yang diucapkan Ega begitu berpengaruh pada hatinya, tentu saja.

Sedikit menyakitkan tapi semua itu benar. Haikal baru memikirkannya. Jika ini adalah permintaan dari Syra sendiri. Maka dia bisa apa?

Memaksa?

Sangat egois rasanya, sementara ... Syra pun tampaknya tidak pernah bahagia dan mencintainya.

"Ya Allah, apa dia bukan takdir hamba?"

***

Syra berusaha sekuat tenaga guna mencegah air matanya. Saat ini ia terduduk di depan ruang rawat Farhan dengan posisi menutup wajah dengan kedua telapak tangan.

Hening mendominasi karena memang ia hanya sendiri. Begitu menyakitkan. Begitu menyiksa. Kenapa takdir bisa memporak-porandakannya seperti ini?

Lintas Rasa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang