Pertemanan, percintaan, persaudaraan, berpadu dalam kisah yang saat ini tengah dirangkai.
Happy Reading❄️
***
Malam yang sedikit sejuk karena sejak sore tadi, hujan mengguyur Kota Bandung. Di tengah jendela kamar yang terbuka, tampak Syra yang sibuk memandang keluar dengan posisi menyender dan melingkarkan kedua tangan pada lututnya.
Syra dan keluarganya tepatnya lima hari yang lalu memutuskan untuk pulang ke Bandung yaitu kota kelahirannya dan abinya. Rencananya, besok mereka sudah harus segera pulang karena harus mempersiapkan pernikahan.
Tidak banyak yang Syra inginkan, hanya ingin tahu bagaimana caranya terlalu taat hingga lupa pada luka yang menyerang hatinya, pada tangis yang kerapkan dia tumpahkan diam-diam, dan pada doa yang kini telah berganti untuk keikhlasan.
"Syra?"
Syra menoleh menatap sipemanggil yang tak lain adalah Aidil, Syra juga sempat melirik Adit yang berada di samping. Di tangan mereka, ada sebuah kresek putih yang entah apa isinya.
Aidil dan Adit kemudian masuk dan langsung duduk tepat di pinggiran ranjang, membuat Syra tersenyum kepada keduanya.
"Kenapa, Bang?" Syra bertanya. Aidil menggeleng.
"Gak apa-apa, Abang cuma mau bicara aja sama kamu."
"Iya. Kan bentar lagi pasti gak bisa ngobrol banyak, apalagi kalau udah nikah, acieeee," sahut Adit setengah menggoda, Aidil meliriknya sekilas. Ya, memang benar yang Adit katakan itu.
Setelah Syra menikah nanti, pasti ia akan ikut bersama suaminya. Membayangkan tak serumah lagi dengan Syra membuat Aidil merasa sedikit sedih.
"Syr?" sahut Aidil pelan, Syra yang tadinya cemberut ke arah Adit beralih pada Aidil.
"Iya, Bang?"
"Abang cuma mau bilang, kalau setelah ini kamu harus kuat. Lupain apa yang harus kamu lupain, tinggalkan apa yang harus kamu tinggalkan, dan fokus pada keputusan yang kamu ambil. Paham, kan? Arah bicara abang?"
Syra tersenyum tipis untuk sesaat dan mengangguk setelahnya, membuat Aidil kemudian mengacak puncak kepalanya.
"Udah, udah. Yuk makan, lagian kalau ngobrol juga gue dicuekin," sahut Adit dengan muka cemberut, sontak saja itu mengundang tawa Syra dan Aidil.
Setelah beberapa saat, Aidil mengambil kembali kresek putih yang tadi Adit letakkan di atas nakas, Syra memperhatikannya. Sampai, matanya berbinar saat isi dari kresek itu ternyata adalah makanan kesukaannya, combro.
Combro adalah jajanan khas Bandung berbentuk bulat yang memiliki rasa gurih, Syra sangat menyukainya.
Sebenarnya, jajanan khas Bandung itu banyak, tetapi combro adalah favorit Syra. Apalagi, dimakan saat cuaca dingin seperti ini. Lain lagi dengan Aidil dan Adit yang menyukai serabi. Namun, mereka tidak membelinya karena tahu jika Syra tidak terlalu suka dengan makanan manis.
"Maasyaa Allah, makasih, ya, Bang. Syra juga kepengenn bangett makan ini," ucap Syra dan langsung memasukkan combro yang dipegang ke dalam mulut, mengunyahnya dengan senyuman.
Aidil dan Adit tersenyum. Senang melihat Syra yang tampak bahagia lagi seperti saat ini. Lagi dan lagi Aidil mengacak puncak kepala Syra.
"Iya sama-sama, makan yang banyak, kalau perlu habisin."
Syra mengangguk dengan mulut penuh, tentu saja itu membuat Aidil dan Adit tertawa. Keduanya kemudian ikut mencomot combro dan memakannya.
Ketiga manusia itu makan dengan nikmat tanpa ada pembicaraan. Ya, meskipun ada saja tingkah Adit yang kadang mengundang tawa. Persaudaraan seperti ini sangat indah, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lintas Rasa (Selesai)
EspiritualKita terjebak dalam zona waktu yang salah. Ketika aku menginginkanmu, kamu justru menginginkan dia, seakan kita adalah dua orang yang sama-sama egois perihal rasa. Hingga, aku memilih mengalah dengan mengubur dalam-dalam dan membiarkan rasa itu mati...