Halow. Ketemu lagi nih? Wkwk. So, buat tebus kesalahan saya yang lambat update kemarin, saya kasih bonus satu extra part lagi. Baik, kan, saya? *(Bilang aja gamon Kak) haha✌😭
Happy Reading❄
***
"Iya, Kak Syra. Hania aman di sini, Kakak puas-puasin aja dulu istirahatnya. Kata Mama Kakak juga harus banyak istirahat, kan?"
Suara Ziya dari seberang telepon sana membuat Syra tidak bisa berkata atau membantah apapun lagi perihal Hania yang menginap di rumah mertuanya.
Hal ini bukan kali pertama terjadi, sejak pindah ke rumah baru, Hania justru lebih banyak menghabiskan waktu di rumah mertuanya. Bukan karena tidak betah. Namun, ini terjadi karena Ziya yang menolak jauh dari Hania.
Syra dan Haikal tentu tidak masalah, tetapi, terkadang Syra bisa merasa sangat tidak enak terus-menerus merepotkan Zulfa.
"Assalamualaikum."
Suara salam dari ambang pintu kamar berhasil menyadarkan Syra dari lamunan. Dia menoleh, pada seorang pria yang masih lengkap dengan jas putih lengan panjang yang membalut kemeja birunya.
Itu adalah Haikal.
Syra tersenyum lantas bangkit dari duduk, menghampiri Haikal untuk mencium punggung tangannya.
"Wa'alaikumussalam. Kakak baru sampai?"
Haikal tersenyum singkat. "Iya, Ra. Kamu udah makan?" Dia balik bertanya.
Syra menggeleng menanggapi, hingga membuat helaan berat terdengar dari Haikal.
"Kenapa belum?"
"Tunggu Kakak pulang," jawab Syra, lengkap dengan senyum canggungnya.
Entahlah, dia merasa Haikal aneh. Pria itu lebih banyak diam dan seolah bersikap sedikit dingin padanya. Hal itu terjadi sejak kemarin.
Syra mulai menduga-duga, apakah dia membuat kesalahan?
Jika memang itu benar, Syra saat ini tengah mencoba mencari kesalahan apa yang diperbuat. Namun, tentu diawali dengan sedikit basa-basi.
"Harusnya jangan ditungguin. Kalau aku larut pulangnya, gimana?"
"Eeemmm..." Syra menunduk. Namun, yang dia dengar adalah helaan lagi dari bibir Haikal.
"Yaudah aku ke kamar mandi dulu sebentar." Tanpa menunggu jawaban, Haikal langsung melesat menuju kamar mandi, meninggalkan Syra yang terdiam.
Sebenarnya ada apa dengan Haikal?
Beberapa saat kemudian, Syra mengerjap dan memutuskan untuk keluar kamar. Menyiapkan minuman untuk Haikal. Sekaligus, menghilangkan segala pikiran buruknya.
Kurang dari sepuluh menit, Syra kembali. Dia masuk tanoa mengetuk pintu terlebih dulu dan menemukan Haikal yang duduk di pinggiran ranjang sambil memainkan ponselnya, entah untuk apa.
Menghela napas, Syra kemudian mendekat, menaruh minuman yang tadi dibawanya ke atas nakad dan berfokus pada Haikal.
"Kak, boleh bicara sebentar?" Syra memberanikan diri, Haikal mendongak, menatap dalam Syra sedangkan alisnya menyatu.
"Bicara apa, Ra?"
Syra duduk di sampung Haikal terlebih dulu, lalu kembali menatap pria itu. "Kakak kenapa?"
"Kenapa apanya?" tanya Haikal, terlihat tidak mengerti arah bicara Syra.
"Dari kemarin, Kakak aneh. Syra buat salah? Gak biasanya Kakak begini, seolah ..." Syra menjeda untuk mengambil napas. "Menjauh dari Syra. Kakak marah, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lintas Rasa (Selesai)
SpiritualKita terjebak dalam zona waktu yang salah. Ketika aku menginginkanmu, kamu justru menginginkan dia, seakan kita adalah dua orang yang sama-sama egois perihal rasa. Hingga, aku memilih mengalah dengan mengubur dalam-dalam dan membiarkan rasa itu mati...