[17] Ada Apa Dengan Hati?

629 45 2
                                    

*Quotesnya lagi gak ada, pergi cari menu buka puasa kayaknya😀

.
.
.

.

Happy Reading❄️

***

Syra tersenyum lega setelah menatap seluruh ruang dapur. Bersih. Kini tugasnya hanya perlu mengambil pakaian kotor dari kamar.

"Ya Allah, cape juga ternyata," keluh Syra sambil mengelap keringat yang membasahi keningnya.

Setelah puas, Syra menghela napas ringan kemudian melangkahkan kaki menuju kamar. Menaiki satu persatu anak tangga dan memutuskan ke kamarnya dan Haikal terlebih dulu.

Syra sempat melirik jam pada dinding ruang tengah, pukul 08.32. Haikal pasti sedang bergulat dengan laptopnya, mengingat ia mendapat waktu libur hari ini.

Saat tiba di mulut pintu, samar-samar ia mendengar lantunan Kalamullah dari arah dalam. Syra sangat familiar dengan suara ini.

Guna memastikan ulang, Syra mendekatkan telinganya untuk menguping. Lantuan surah Al-Buruj yang begitu fasih dan merdu langsung membelai indera pendengarannya.

"Was-samā'i zatil-buruj." (Demi langit yang mempunyai gugusan bintang)

"Wal-yaumil-mau'ud." (Dan hari yang dijanjikan)

"Wa syahidiw wa masy-hud." (Dan yang menyaksikan dan yang disaksikan)

"Qutila as-ḥabul-ukhdud." (Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit)

"Kak Haikal hafal Quran atau baca Quran?" Itu pertanyaan yang tak berhenti Syra gumamkan sepanjang ia mendengar suara Haikal. Seingatnya, di dalam kamar itu tidak ada Al-Quran karena semua diletakkan di ruang khusus sholat rumah ini.

Karena rasa penasaran yang semakin besar, Syra memberanikan diri untuk mengintip sedikit.

Ia seperti mata-mata karena ini sekarang.

"An-nari zātil-waqud." (Yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar)

"Iz hum 'alaiha qu'ud." (Ketika mereka duduk di sekitarnya)

"Wa hum 'ala ma yaf'aluna bil-mu'minīna syuhud." (Sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman)

"Shadaqallahul'adzim..." Haikal mengakhiri bacaan bacaan Qur'annya. "Saya tau kamu di sana, Ra. Masuk aja," lanjutnya, menyahuti Syra yang telah dia perhatikan sedari tadi.

Syra refleks menjauh dari pintu, menetralkan mimik wajah sebentar kemudian melangkah masuk dengan canggung.

Di sana, ia melihat Haikal yang anteng duduk di atas ranjang dengan celana panjang dan baju kaos polos berwarna hitam.

Kemudian, Syra memperhatikan sekeliling, matanya berhenti pada ponsel yang saat ini berada jauh dari jangkauan Haikal. Di atas meja kerja.

"Kakak hafal Quran?" tanya Syra setelah kembali menatap Haikal. Pria itu tidak langsung menjawab, melainkan menepuk pelan sisi ranjang di samping, menyuruh Syra duduk di sana.

"Duduk dulu."

Syra menurut dan langsung mengambil posisi duduknya senyaman mungkin. Tidak terlalu jauh atau dekat dengan Haikal.

Lintas Rasa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang