Happy Reading❄️
***
"Sayang, udah siap nggak? Kesiangan nanti."
Sahutan itu membuat Syra spontan membalikkan badan dari cermin, menatap Haikal yang telah rapi dengan kemeja putih dipadukan jas berwarna hitam dan jelana kain warna senada, pria itu tengah berada di depan pintu kamar. Menanti dirinya.
Hari ini, adalah hari bahagia khusus untuk Aidil dan Hilya. Setelah mantap melamar dua minggu yang lalu, Aidil langsung membuat keputusan untuk mengadakan resepsi repat di hari ini. Hari Jumat.
"Udah siap, Kak. Gimana? Penampilan Syra?" Syra balik bertanya, tanpa menggunakan embel-embel 'Mas' seperti sebelumnya. Ia sudah mencoba untuk terbiasa. Namun, Syra masih saja terasa nyaman dengan panggilan 'Kak' untuk Haikal.
Suaminya pun mengatakan tak masalah, mau dipanggil apapun Haikal tidak keberatan sama sekali. Karena yang terpenting menurutnya adalah, sang Istri merasa nyaman.
"Cantik, cantik banget malah." Haikal mendekat lalu mengelus puncak kepala Syra dengan senyum yang menghiasi wajah. "Yaudahh, mau langsung berangkat atau dicium dulu?"
Syra tersenyum untuk perkataan Haikal, dia sudah terbiasa, tidak masalah. Namun, salting sedikit tidak jadi masalah, bukan?
"Kak seriuss ngomongnya." Syra sedikit memukul lengan Haikal membuat pria itu tertawa renyah.
"Iya bercanda. Yaudah mau langsung berangkat gak? Keburu Hania tunggu di sana," ucap Haikal, mengulang perkataannya tadi. Karena Hania memang telah pergi terlebih dulu setelah tadi dijemput oleh Ziya.
"Tapi Syra mau bicara sebentar sama Kakak, boleh?" tajya Syra berharap.
"Boleh dong. Mau bicara apa emangnya?"
"Sambil duduk tapi. Yah?" Syra menyengir sedangkan tangannya mengait satu sama lain. Persis seperti anak kecil yang meminta diajak bermain.
Lagi, Haikal tertawa dan mengangguk. "Yaudah sambil duduk."
Syra tersenyum sumringah. Ia mengekor Haikal yang berjalan terlebih dulu dan duduk di pinggiran ranjang. Untuk sesaat, mereka terdiam dengan mata menatap satu sama lain.
"Kak, tau gak?"
"Mhmm, apa?" jawab Haikal sedangkan tangannya terangkat untuk mengelus-elus kepala Syra, yang entah sejak kapan menjadi kebiasaan candu baginya.
"Syra baru sadar beberapa hal belakangan ini. Mulai daru badan Syra yang kurus lagi padahal gak olahraga. Hania yang mulai lancar bicara. Dan panggilan Kakak untuk Syra. "
Haikal mengerutkan dahi. "Maksudnya panggilan?"
"Iya. Syra baru sadar kalau selama ini cuma Kakak yang panggil Syra dengan sebutan 'Ra' dan 'Asyraku'." Syra memelankan bicaranya diakhir kalimat.
Haikal tertawa pelan. "Masa? Jadi suka ya sama panggilannya?"
"Syra lebih dari suka." Syra memperlebar senyum. Namun, setelahnya dia berdeham. "Eemm sama, Syra juga ada yang mau dikasih tau."
"Kasih tau apa?" tanya Haikal, alisnya kini telah menyatu pertanda bertanya-tanya. Syra tersenyum. Masih tidak menjawab pertanyaan Haikal.
Hingga, menit setelahnya dia bangkit dan berjalan menuju lemari meninggalkan Haikal yang masih bertanya-tanya dalam hati. Untuk sesaat, Syra terdiam di sana.
Entah memandang apa. Namun, karena rasa penasaran yang sudah terlanjur besar, Haikal pun memutuskan ikut bangkit dan menghampiri Syra.
"Sayang, kenapa?" tanyanya sambil memegang bahu kanan sang Istri, membuat wanita itu sedikit tersentak dan spontan membalikkan badan sedangkan tangan yang entah memegang apa disembunyikan di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lintas Rasa (Selesai)
SpiritualKita terjebak dalam zona waktu yang salah. Ketika aku menginginkanmu, kamu justru menginginkan dia, seakan kita adalah dua orang yang sama-sama egois perihal rasa. Hingga, aku memilih mengalah dengan mengubur dalam-dalam dan membiarkan rasa itu mati...