[46] Masa Lalu dan Masa Depan

621 23 2
                                    

Happy Reading❄️

***


"Ini dibacanya apa tadi, Umma?"

"Wa hazal-baladil-amin. Coba Hania baca pelan-pelan," pinta Syra pada Hania yang tengah belajar membaca Al-Quran.

Hania menurut dan mulai membaca sepenggal surah At-tin dengan terbata-bata, membuat Syra tersenyum karenanya.

Lima tahun berlalu seakan begitu cepat, dan banyak sekali yang Syra rasa berubah. Mulai dari Haikal yang kini telah resmi bergelar sebagai Dokter. Sp.B (Dokter Spesialis Bedah). Hania yang tumbuh menjadi anak berumur 5 tahun yang cantik, aktif, hangat, dan ceria. Bahkan, Hania sedang bersemangat dalam menghafal berbagai hal. Salah satunya adalah Al-Quran. Sebagai madrasah pertama untuk Hania, tentu Syra bersyukur akan hal itu.

Juga, mulai dari tentang banyaknya ujian yang membuatnya semakin dewasa dalam mengemban tugasnya sebagai Istri serta Ibu untuk keluarga kecilnya.

Syra bersyukur, akan selalu bersyukur Allah telah menghadirkan skenario hebat ini dalam hidupnya.

"Abah!" seruan Hania membuat fokus Syra ikut teralih. Ia mendongakkan kepala.

Terlihat Hania berdiri dan langsung berlari menuju Haikal yang berdiri di depan pintu. Dengan sigap, Haikal menangkap dan menggendongnya.

"Masih belajar, ya? Maasyaa Allah rajin," puji Haikal sambil mengelus pelan puncak kepala Hania dengan tangan kanan. Syra tersenyum, bangkit dari duduknya dan berjalan menuju mereka.

"Tadi sedikit kesusahan loh, Kak, hafalnya. Tapi untungnya Hania gak gampang nyerah." Syra membesarkan Hania, membuat anak itu tersipu malu.

"Anak Abah memang yang terbaik. Beruntung karena memiliki dia," imbuh Haikal. Syra sedikit nengerucutkan bibir, cemburu. Tentu saja Haikal peka terhadap itu, ia menatap Syra dan mengelus juga puncak kepalanya.

"Dan kamu adalah umma yang terbaik, selalu seperti itu." Haikal tertawa pelan setelahnya.

Syra terkekeh pelan mendengarnya, terlihat senang. Lalu, Hania yang tadi diam membrontak ingin turun saat mendengar suara Ziya yang berteriak dari lantai bawah.

"Cepatt, susu kotaknya tante habisin nih!" Ziya berteriak lagi.

Spontan, Haikal melepaskan Hania membuat anaknya itu berlari untuk menghampiri Ziya.

"Yaudah ayo kita turun juga, berhubung gak terlalu panas di luar," ajak Haikal, Syra segera mengangguk.

Hari ini, keduanya memang berencana ingin pergi melihat rumah baru yang akan ditempati, rumah milik mereka sendiri. Rumah yang Haikal beli dari hasil kerja kerasnya sendiri beberapa bulan lalu.

"Sebentar, Syra mau ambil tas dulu. Kakak duluan aja kalau mau," cetus Syra dan berbalik, berjalan ke arah lemari guna mencari tas miliknya di sana.

Setelah ketemu, ia kembali berbalik badan. Namun, ketika ia mengira Haikal memang telah pergi mendahulunya, pria itu ternyata masih betah menunggu. Membuat Syra menghela napas dan menghampiri.

"Kok belum keluar? Syra, kan, bilang duluan aja."

Haikal menggeleng. "Maunya sama kamu. Yuk!" Ia langsung mengambil tangan Syra untuk digenggam lalu berjalan beriringan keluar kamar. Syra menurut, sementara di bibirnya berusaha menahan senyum.

Lintas Rasa (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang