Guys! Waktunya libur semester, momen yang paling ditunggu semua orang, seperti mereka. Beberapa mahasiswa yang memutuskan tinggal jauh dari orang tua, akhirnya mendapatkan kesempatan berliburan. Layaknya Hannie, dia sampai dibuat kerepotan dengan keranjang kucing yang harus dibawanya pulang.
"Lo bisa titipin lima kucing lo sama gue, kenapa repot-repot dibawa semua?" tanya Miki.
"Lebih baik gue bawa dua keranjang kucing pulang kampung ketimbang lo rawat, no offense. Gue tahu, lo bakal titipin kucing gue ke IRT di rumah lo," nyinyir Hannie.
"Ih, enggak, kok!" bantah Miki.
"Kalau pun gue mempercayakan kalian buat ngerawat kucing gue, mungkin orangnya Davina," tukas Hannie. Lalu, melirik gadis dengan surai ikalnya, tengah melamun pada pandangan yang kosong.
"Shit!" heran Hannie. "Dav?" lanjutnya, sembari melambaikan tangannya di wajah Davina.
"Ignore that, mungkin kepalanya masih terbayang-bayang sama postingan Haidan. She was under mental stress, bentar lagi juga waras," celetuk Miki.
"Hm," dehem Hannie. Dia tersenyum sangat manis, lalu merangkul Miki. "I will miss you."
Miki merasa terharu, dia pun menepuk pundak Hannie, karena perpisahan tersebut. "Dari banyaknya hal, gue paling kangen sama bacotan lo. Message me, okay!"
Hannie menganggukkan kepalanya, lalu menyudahi pelukan tersebut. Ketika beralih pada Davina, gadis itu masih terdiam dengan isi kepalanya yang menolak pada kejadian tadi malam.
"Dav!" seru Hannie. Sontak saja, hal itu berhasil menyadarkan Davina dari lamunan panjangnya. "Beneran stres nih anak," tukas Hannie.
"Bajingan! Gue benci banget sama Haidan!" jawab Davina, mengejutkan dua sahabatnya yang memandang heran.
"Language, Dav," timpal Miki pada Davina. Lalu, beralih pada Hannie. "Hati-hati di jalan, kalau udah sampai don't forget to message me!"
"Iya, jelas dong," jawab Hannie. Kemudian, membuka pintu mobil yang sejak tadi sudah menunggunya lama. Dengan sangat terpaksa mereka harus berpisah, sudah menjadi resiko anak perantauan. Di saat dua sahabatnya berasal dari kota Jakarta, hanya Hannie yang tinggal jauh di provinsi berbeda, yaitu kota Bandung.
Setelah berdiam diri memperhatikan mobil itu melesat jauh, dengan sengaja Miki menyenggol lengan Davina. Untuk kesekian kalinya, gadis ini kembali melamun.
"Dav! It's okay, itu bukan salah lo. When you kiss him, dia ngga nolak bahkan balas ciuman lo. Artinya, Awan tertarik juga sama lo, jadi stop mikirin postingan Haidan, okay?" ucap Miki. Bertujuan menenangkan Davina pada pikirannya yang kacau balau.
Davina memalingkan wajahnya, pupilnya bergetar dengan tatapannya yang nanar. Dia takut, karena tindakannya tadi malam membuat Awan membenci atau bahkan enggan berteman lagi. Sejauh ini, Davina belum melakukan banyak hal untuk mendapatkan Awan. Hampir dua tahun sejak duduk di bangku SMA dia memendam perasaannya. Sangat menyakitkan, jika Awan berakhir membenci dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDROMEDA ✔
Фанфик[SUDAH TERBIT] Pilih salah satu atau lepaskan. Dua pilihan yang sebenarnya mudah dilakukan, tetapi tidak bagi Jazziel. Pemuda tampan dengan segala kekurangan yang selalu merasa benar, memilih mempertahankan keduanya. Namun, Miki bukan gadis lemah. M...