Miki membuka matanya, mendongakkan kepalanya pada atap bangunan kampus. Semua orang ikut menjadikan tingkah lakunya sebagai atensi yang menarik. Beberapa diantaranya mengambil gambar atau video, lalu diunggah dan disebar hingga semua orang harus tahu. Miki mengepal kedua tangannya, berdecak kesal pada permainan Jazziel yang membuatnya menahan malu.
Ada sebuah banner berukuran besar menggantung dari atasnya. Siapa pelakunya? Ya, memang benar itu Jazziel. Sama seperti Miki yang tak akan kehabisan akal menghindari Jazziel, lelaki itu masih banyak akal supaya Miki kembali padanya.
Sangat memalukan. Tiga kalimat itu seolah tercetak jelas di kening Miki, memberikan stempel sempurna untuk kehidupan kampusnya di masa depan.
Lagi pula, apa-apaan itu? Miki, i'm sorry. Sangat kampungan dan norak. Namun, yang namanya Miki, tetaplah Miki. Dia tak peduli, lalu melangkah pergi dengan wajah yang tertutup tangan. Masa bodoh dengan ancaman Jazziel yang berniat loncat, bukan urusannya lagi.
Sementara itu, di atas sana. Jazziel terlihat sangat kecewa, dia pun menarik lagi banner yang susah payah dia buat. Lalu, segera turun untuk menyusul Miki yang semakin menjauhi dirinya.
Secara diam-diam, Jazziel mengikuti Miki yang beristirahat di kantin kampus bersama kedua sahabatnya. Pengintaian pertama memang tak ada tanda bahaya, tetapi ketika Juno datang bersama pria lainnya, membuat amarah Jazziel terpancing. Namun, dia hanya mengepal tangannya selagi mengamati dari jauh.
"Lo ngapain, Ziel?" tanya Haidan. Heran pada tingkah Jazziel yang terlihat aneh.
Jazziel tak bergeming, dia terus menutupi wajahnya dengan buku, sesekali berhati-hati mengintip Miki.
Haidan mengernyit heran, sepertinya Jazziel masih tak menyadari kedatangannya.
"Ziel!" seru Haidan, sembari membuka paksa buku yang Jazziel gunakan untuk bersembunyi.
"Anjing!" pekik Jazziel, karena kaget dengan suara Haidan.
Haidan hanya mengukir senyum manisnya, terkekeh pelan pada tingkah Jazziel. Lalu, memutuskan duduk di depan Jazziel, sehingga pandangan lelaki itu resmi terblokir oleh tubuh Haidan.
Jazziel menghela napasnya. "Bunda maksa gue balikan sama Miki," ucapnya tiba-tiba.
Haidan terperangah, tetapi tak terlalu terkejut. "Video lo di atap kampus ramai, bodoh! Semua orang ngomongin lo, kesambet apaan lo bisa mikir romantis kayak gitu?" ledek Haidan dengan sengaja.
"Gue cari tutorial di internet, katanya harus buat banner besar. Kalau gagal, buat seribu burung pakai kertas origami," lanjut Jazziel.
Haidan heran, dan juga penasaran. Baru pertama kalinya Jazziel memperlakukan Miki layaknya wanita, apa karena Miki sudah lelah? Makanya Jazziel tak menyerah. Memikirkannya lagi, membuat Haidan semakin penasaran.
"Coba deh jawab jujur," ucap Haidan. "Selama lo pacaran sama Miki ... Eh, berapa lama?"
"Enam bulan," jawab Jazziel.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDROMEDA ✔
Fanfic[SUDAH TERBIT] Pilih salah satu atau lepaskan. Dua pilihan yang sebenarnya mudah dilakukan, tetapi tidak bagi Jazziel. Pemuda tampan dengan segala kekurangan yang selalu merasa benar, memilih mempertahankan keduanya. Namun, Miki bukan gadis lemah. M...