maap ya geng up nya telat, agak eror wp nya
Pukul sebelas malam, Jazziel sampai di apartemen mewahnya. Sebagai putra tunggal, sebenarnya Jazziel bisa tinggal bersama orang tuanya. Karena sebuah alasan mandiri, Bundanya menyuruh Jazziel tinggal seorang diri. Untuk pertama kalinya, Jazziel memang tidak terbiasa, tetapi lambat laun dia dapat beradaptasi dengan baik.
Suara helaan napas yang cukup panjang terdengar di seluruh ruangan, Jazziel merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang di ruang tamu. Menghilangkan rasa jenuh, Jazziel memeriksa ponselnya. Bertepatan dengan itu, sebuah pesan singkat masuk. Jazziel mendelik, ketika membaca sang pengirim.
Liz
Ziel, badan aku panas, perut aku mual, dan kepala aku pusing.
Ziel ....
Kamu bisa ke sini?Sejak kejadian beberapa hari lalu, Jazziel bersumpah tak ingin terlibat urusan dengan Liqiza, tetapi begitu membaca pesannya, hati kecilnya seakan bicara untuk melupakan kejadian itu. Tanpa banyak pertimbangan, Jazziel langsung memakai jaket tebalnya, lalu keluar dari apartemennya. Jika pengirimnya Miki, jangan pernah berharap Jazziel langsung bergerak, bisa-bisa pesannya tidak dibaca.
Dengan kecepatan yang tinggi, mobil hitam itu akhirnya sampai di sebuah asrama sederhana. Meski hampir tengah malam, Jazziel tak peduli, karena asrama tersebut bebas dari jam malam.
"Liz!" teriak Jazziel di depan pintu Liqiza.
Jazziel terlihat sangat khawatir, sorot matanya tidak fokus dengan pernapasan yang terdengar sengal. Perasaan tak tenang tiba-tiba saja menjulur di seluruh badannya, sembari menggigit kuku jarinya, Jazziel berkelintaran di depan pintu Liqiza.
Mendengar suara pintu yang terbuka, Jazziel langsung memalingkan wajahnya.
"Ziel," lirih Liqiza dengan wajah pucatnya.
"Liz, ayo ke rumah sakit!" seru Jazziel, menghampiri Liqiza dan merangkul lengannya supaya tak jatuh.
"Enggak, aku cuma butuh istirahat ... Ngga perlu ke rumah—"
Belum selesai Liqiza merampungkan ucapannya, tubuh lemasnya terjatuh. Dengan gerak cepat, Jazziel langsung menahan dan menariknya masuk ke dalam. Sama seperti kebanyakan kamar wanita, begitu Jazziel masuk pemandangan pertama yang dilihatnya adalah tumpukan boneka. Kamar Liqiza sangat rapi, berbagai tumpukan buku tertata di atas nakas, dan tak ada pakaian atau celana yang menggantung sembarangan.
Dengan sangat telaten, Jazziel merawat Liqiza hingga matanya kembali terbuka. Sungguh, kekhawatiran yang ditunjukkan Jazziel saat ini belum pernah dia berikan pada Miki, pacarnya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDROMEDA ✔
Fanfic[SUDAH TERBIT] Pilih salah satu atau lepaskan. Dua pilihan yang sebenarnya mudah dilakukan, tetapi tidak bagi Jazziel. Pemuda tampan dengan segala kekurangan yang selalu merasa benar, memilih mempertahankan keduanya. Namun, Miki bukan gadis lemah. M...