Bag 22. Forever sucks

3.1K 329 94
                                    

Jazziel meraih piringnya, menyantap masakan lezat yang sudah siapkan khusus untuk dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jazziel meraih piringnya, menyantap masakan lezat yang sudah siapkan khusus untuk dirinya. Dalam kesempatan yang sama, seorang lelaki paruh baya dengan setelan jasnya terlihat sangat rapih. Jazziel mengangkat wajahnya, tersenyum sangat manis menyambut pagi ayahnya yang selalu terburu-buru pada jadwal padatnya.

"Jazziel, Papa pergi ke luar kota sebentar. Titip Bunda, kamu jangan pulang ke apartemen dulu," ujar papanya. Lalu, mengecup pucuk istri tercintanya sembari tersenyum manis. Sebagai perpisahan terakhir, dia melambaikan tangannya sepanjang jalan menuju pintu keluar.

Jazziel menarik senyumnya, lalu melanjutkan menyantap sarapannya. Dentingan piring yang berbunyi, berhasil memecah keheningan yang terjadi. Nitha melirik sang putra, lalu tersenyum manis melihat wujudnya yang memancarkan aura kesenangan.

"Kamu senyum-senyum kenapa, Sayang?" tanya bundanya.

Jazziel segera memalingkan wajahnya— menarik senyumnya, sebab merasa bodoh— Jazziel meletakkan sendoknya, lalu meneguk segelas air.

"Biasanya, kalau lagi jatuh cinta suka ngga sadar senyum-senyum sendiri," lanjut Nitha. Sekali lagi, Jazziel hanya melirik bundanya. "Kamu lagi jatuh cinta sama Miki?"

Jazziel tersedak oleh airnya sendiri, membuatnya batuk hingga salah tingkah karena pertanyaan bundanya. Justru sikap anehnya semakin mencurigakan, dan meyakinkan Nitha pada pendapat benarnya.

"Menurut Bunda, cinta itu apa?" tanya Jazziel.

Nitha tersenyum sangat manis, lalu meletakkan sendok beserta garpu untuk mendengarkan cerita putranya dengan intens. Sebagai orang tua, momen seperti inilah yang selalu mereka tunggu, tatkala putra semata wayangnya mulai terbuka pada kehidupan pribadi. Memang, tak jarang Nitha ikut campur dalam hubungan Jazziel, tetapi dia melakukannya hanya untuk melindungi putranya.

"Cinta itu rumit, Jazziel. Selagi kamu nyaman dan merasa aman, kamu sayang dan punya keinginan untuk menjaga dia, bisa dikatakan bahwa itu cinta. Pada dasarnya, cinta itu punya arti yang berbeda pada setiap individu, hanya satu yang sama yaitu ketulusan." Nitha menarik senyumnya, terlintas sebuah kenangan pada penyesalan yang merugikan Jazziel.

"Kamu cinta sama Miki?" tanya Nitha sekali lagi.

Jazziel memalingkan wajahnya, menatap sang bunda dengan wajah datarnya dengan tatapan yang teduh. "Masih belum tahu, Bun."

"Lupakan masa lalu kamu, ada masa depan cerah di hidup kamu." Nitha membelai kepala putranya. "Jangan biarkan masa lalu membelenggu kamu, biarkan hilang bersama ketulusan."

Jazziel menurunkan wajahnya, lalu menghela napasnya sejenak. Beberapa detik kemudian, dia berpaling pada bundanya yang duduk di sebelahnya. "Gimana kalau Miki, ngga pernah cinta sama Jazziel?"

Nitha tersenyum lagi, lalu menggelengkan kepalanya pada pendapat sang putra yang menurutnya tak masuk akal. Bukannya bersikap sok tahu, meskipun Nitha seorang koki, dia bisa menilai ketulusan seseorang. Melihat dari sepak terjang selama meraih kesuksesan dalam hidupnya.

ANDROMEDA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang