35. kesedihan yang mendalam

12 5 1
                                    

Hari senin tepat pada tanggal 13 Febuari, dimana hari itulah. Hari yang paling hancur dan buruk di hidup orang orang terdekat shalma dan zhiva. Karena tepat di tanggal, hari dan waktu itulah zhiva dan shalma meninggalkan dunianya. Dan pulang tanpa berpamitan. See you at another time. Zhiva dan shalma. Semoga tenang disana. Nanti ketemu kita ya disana. 👋

Hari ini adalah hari ketiga kematian zhiva dan shalma. Hari hari berjalan dengan lancar seperti biasanya namun dihati mereka masih ada yang ganjal dengan ketidak hadiran shalma dan zhiva di hidup mereka lagi.

Rifa sudah memulai mengikhlaskan nya sedikit demi sedikit. Begitupun Sinta. Mereka berusaha mengikhlaskan kepergian putrinya. Reza dan saka pun sama. Meskipun mereka sangat tidak menginginkannya. Tapi ini semua takdir dan memang sudah ditakdirkan.

Vano? Dia masih belum bisa. Bagaimana pun sifat zhiva terhadapnya, dia tetap adiknya, adik kecilnya. Tapi Vano pasti berusaha sebisa mungkin untuk mengikhlaskan kepergian zhiva.

Najla, zahra, sasa, dewi, ismail, bams, abrian, deka, aksa, niko dan devan. Juga dalam proses mengikhlaskan semua ini. Namun bagi mereka ini sungguh sangat berat.

Bahkan disekolah pun najla, zahra, dan sasa sangat murung dan menjadi pendiem, jarang senyum pula. Sasa yang dikenal si cempreng itu pun juga seketika jadi pendiem. Sikap mereka berubah 98 derajat setelah kematian zhiva dan shalma.

Mereka semua sempat datang ke lokasi dimana zhiva dan shalma meninggal, mereka juga menaburkan bunga dijln dan mendoakannya. Meskipun jasad tidak ditemukan, bukan berarti mereka tidak bisa menaburkan bunga di rumah terakhir mereka berdua.

Saat ini najla sedang berada dikelas dengan ke tiga temannya yaitu zahra, sasa, dan dewi. Sedari tadi tidak ada percakapan apapun dari keempatnya. Mereka hanya melamun kosong entah apa yang ada dipikirannya saat ini.

Sampai dimana Ririn menghampiri mereka dan membuat mereka sadar dari lamunannya. "Woy ada yang bawa liptint gak?" Tanya ririn.

Najla menoleh lalu ia menggeleng pelan, begitupun zahra. "Ck. Lo pada ngapa dah dari kemarin ngelamun teruss. Kesambet tau rasa"

Memang satu sekolah belum ada yang tahu kabar tentang kematian zhiva dan shalma. Semua kabar masih tertutup rapat.

"Kamu bisa diem gak sih" Sahut dewi yang sedari tadi mendengarkan ocehan Ririn. Dengan tangan bersidakep dada dan bibir cemberut menambah kesan lucu. "Ye bocil lu ya" Ujar ririn.

Ririn melangkah ke arah dewi dan sasa "cil lu tau gak mereka bertiga kenapa?" Bisik Ririn kepada dewi. Sedangkan dewi mendengus kesal "kepo"

"Sialan lo cil"

"Dosa ih kamu mah kasar"

"Biarin at-"

"Minggir" Ucap ismail yang baru datang bersama antek antek nya.

"Ck, iye iye tuan raja" Ucap Ririn lalu ia pergi dari barisan najla.

Ismail dan aksa duduk tepat dibelakang najla. Mereka menempati bangku almarhumah mendiang zhiva dan shalma. Ah almarhum? Rasanya masih aneh ditelinga mereka.

Tak lama dari itu datanglah guru wali kelas mereka~bu erlita.

"Assalamu'alaikum anak anak"

"Waalaikumsalam bu"

"Maaf ibu mengganggu waktunya. " Lalu bu erlita menghampiri bangku milik najla dkk.

"Maaf najla ibu mau memberikan buku matematika milik zhiva dan shalma. Ibu titip ini nanti kamu berikan sepulang sekolah ke rumahnya. Mereka masih izin jadi bukunya ibu titipkan kepada kamu" Ucap bu erlita seraya menyerahkan buku tersebut kepada najla dan diterima oleh najla.

Cinta Bertemu Di SMA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang