54. Rumah sakit jiwa

8 4 0
                                    

Sudah sejak tadi Ismail mundar mandir gak jelas di depan ruangan ICU. Ia ditemani oleh kedua orang tua najla.

Adinda~mamah najla sedari tadi menangis histeris takut keadaan anaknya kenapa napa. Dan Sigit lah yang setia menenangkan meskipun dirinya juga khawatir.

Tak lama datanglah zhiva dengan kondisi yang tidak baik baik saja. Rambut sedikit berantakan, baju kusut dan sedikit basah, pipi chubby nya juga merah akibat tamparan azizah tadi.

"Assalamu'alaikum"

Sigit dan Ismail mendongak beda lagi dengan Adinda yang hanya sesegukan.

"Waalaikumsalam"

"Astaghfirullah nak, kamu dari mana? Itu pipi kenapa merah? Baju nya juga basah kenapa? " Tanya Sigit khawatir.

Sedangkan Ismail hanya menatap tajam, sinis dan datar. Zhiva tahu pasti Ismail marah, ia sudah salah paham kepada zhiva. Zhiva menghiraukan Ismail.
Ia menatap Sigit dengan senyum manis lalu duduk di sebelah Adinda.

Kenapa zhiva tau rumah sakit yang didatangi najla, sebab ia sempat menelpon Sigit dan hendak meminta maaf namun Sigit bilang 'gak mungkin kamu, om yakin ini pasti salah paham' begitu karanya. Yang membuat zhiva sedikit lega.

"Om... " Zhiva menggigit bibir bawahnya "aku gak papa kok, ouh iya najla gimana?" Lanjutnya.

"Gak usah sok peduli" Ujar Ismail.

Zhiva mengehla napas pelan. Sigit yang melihat langsung mengusap lengan zhiva. Sigit sudah tahu ceritanya. Tapi ia sedikit tidak percaya, mana mungkin zhiva sahabat najla melakukan hal keji seperti itu.

Sigit akan mencari lebih jelas lagi. "Om maaf... " Lirih zhiva "zhiva gak ngelakuin itu om... "

"Om tau"

Zhiva yang sedang menunduk mendongak lalu ia tersenyum "om percaya kan sama aku?"

"Iya"

Ismail yang mendengar itu memutar bola matanya jengah. Lalu ia berdecak sebal "ck"

"Tante" Panggil zhiva membuat Adinda menoleh. "Na-najla hiks"

Sesegera mungkin zhiva memeluk Adinda, Adinda bergumam didalam pelukan zhiva "najla gak papa kan?"

Zhiva mengangguk "maaf tante... "

Adinda melerai pelukannya "kamu gak salah, kamu gak mungkin lakuin ini kan"

"Iya tante, tante tau aku kan sayang sama naj-"

"Bulshit" Sela Ismail.

Zhiva semakin menunduk sedangkan Adinda sudah berada di pelukan Sigit.

"Kamu pulang saja nak. Nanti om kabarin, ganti baju dulu nanti masuk angin lagi"

Zhiva menggeleng, wajah cantik zhiva, bibir tipis yang biasanya berwarna merah muda sekarang menjadi pucat pasi. "Tapi om... "

"Pulang yah? Mau om telpon papah kamu?"

"Nggak, yaudah nanti kabarin aku ya om? Aku pulang, assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam, hati hati"

Zhiva mengangguk lalu ia mulai melangkahkan kakinya menuju parkiran.
Namun saat di lorong rumah sakit, kepala zhiva terasa pening, sepertinya ia lupa meminum obat.

Zhiva memegangi kepala yang sangat sangat berat dan pusing. Ia berjalan sempoyongan untuk mencari pertahanan dengan mata ia pejamkan.

Setelah dirasa lengan nya sudah menopang di dinding ia mulai membuka matanya. Buram. Zhiva melihat didepan sana ada segerombolan anak remaja. Ia tebak pasti itu teman temannya. Dan ya benar itu adalah bams, zahra dan yang lain.

Cinta Bertemu Di SMA [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang