Akhirnya, Atharya menumpang pada Gerald, tetapi ia harus ikut ke rumah sakit. Atharya tidak masalah, hanya satu kali ini saja karena lain kali ia tidak akan mau menumpang lagi. Karena menurut Atharya, lebih baik menumpangi daripada ditumpangi.
"What's up, Bro!" sapa Gerald yang menyelonong masuk di ruangan Alex, meninggalkan yang lainnya dibelakang. Detik kemudian Gerald menampakkan wajah cengonya.
"Setan lo, Rald!" maki Alex yang segera membenarkan bajunya yang sedikit kusut, Gerald memergoki Alex yang sedang bermesraan dengan sang kekasih.
Tentang Alex, dia terkenal biang onar. Dimana ada keributan disitu ada Alex, seringnya. Lebih lagi karena salah pergaulan membuat Alex sedikit liar dari yang lainnya. Tapi untungnya Alex tidak pernah memakai narkoba. Sempat mau memakai, tapi niat itu terhalang saat Yudha tiba-tiba memergokinya dan mengadu ke Geri, Gerald dan Adam. Tentunya membuat Alex pasrah karena terkena semburan dari mereka berempat.
Alex juga sama player nya seperti Yudha, bedanya Yudha hanya memainkan hati mereka sedangkan Alex merusak mereka, kebanyakan cewek yang Alex pacari kenalan dari club.
"Lo, Athar kan?"
Mata Alex tertuju pada laki-laki yang berada di samping Geri, Atharya.
"Kaku banget lo," komentar Alex yang memperhatikan Atharya dari atas ke bawah terkekeh karena gerakan Atharya yang kikuk.
"Jangan gitu lo sama adek gue," kata Gerald seraya melempar kulit kacang yang baru saja ia ambil dari cemilan milik Alex.
"Sejak kapan gue jadi adek lo?" Atharya memicingkan matanya ke arah Gerald.
"Jahat lo ga ngakuin gue," balas Gerald dengan dramatis, sedangkan yang lainnya hanya memutar matanya malas.
Mereka menghabiskan waktu di rumah sakit sampai pukul 7 malam, itu waktu terlama yang dihabiskan oleh Atharya saat bersama teman.
Boleh Atharya merasa bahagia bisa berteman dengan mereka? Padahal mereka baru kenal beberapa jam.
"Lo mau balik jam berapa?"
Gerald yang bertanya, Gerald pikir Atharya tipe orang yang malas keluar rumah dan selalu berada di rumah sebelum jam sembilan malam. Padahal Gerald tidak tahu kalau Atharya sering keluar rumah tengah malam dan kebut-kebutan dijalan.
"Terserah."
Gerald berdecak kesal, "kek cewek aja lo bilang terserah."
Atharya hanya membalas dengan berdehem, ia mengambil ponselnya yang berdering. Terdapat nama 'Big Boss' yang tertera di ponselnya.
"Masih di luar, Thar? Papa pulang kok rumahnya sepi?" Atharya mengernyitkan dahinya.
"Tumben Papa udah pulang?"
"Salah terus Papa." Terdengar decakan dari seberang sana, "Lagi dimana? masih sama bocah-bocah tengil itu?"
"Di rumah sakit, iya."
"Ngapain kamu di rumah sakit?!" Atharya menjauhkan ponselnya karena pekikan Sadewa yang bisa saja membuat telinga Atharya tuli.
"Jenguk Alex, Pa."
"Oh, ya udah. Jangan malem-malem pulang nya, Papa titip salam buat Alex, cepet sembuh."
Sambungan terputus.
"Disuruh pulang lo?" Atharya menggelengkan kepalanya.
"Papa titip salam, katanya cepet sembuh." Alex mengangguk sebagai jawaban.
"Lo deket banget ya sama Om Sadewa?" tanya Alex sedikit iri.
"Kenapa?"
"Nggak, iri aja gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
TAUSENDSASSA [COMPLETED]
Random"Atharya, ayo pacaran!" "Boleh," balas Atharya seraya menatap lurus ke arah cewek di depannya itu dengan senyuman tipis. "Hah?" "Tapi ada satu syarat," ujar Atharya. "Apa?" tanya cewek itu dengan tatapan bingung. "Nggak ada kata putus."