"Pa, Athar mau nonton balapan di Jalan kertana," pamit Atharya pada Sadewa yang seperti biasa tengah sibuk dengan berkas-berkas di depannya.
"Balap liar? Papa udah ngelarang, kan?" balas Sadewa yang tak mengalihkan atensinya dari dokumen di tangannya.
"Iya, tapi Athar cuma liat, Pa. Nggak ikutan," kata Atharya.
"Siapa aja?" tanya Sadewa.
"Alex, Yudha, Geri, Gerald, Adam," balas Atharya.
"Yaudah sana," kata Sadewa yang dibalas senyuman lebar oleh Atharya.
Laki-laki itu bergegas menuju basement, kali ini ia membawa mobilnya. Tentu saja sudah ia rencanakan. Kalau Atharya membawa motornya, sudah dipastikan laki-laki itu akan dipaksa ikut balapan oleh Yudha.
Setelah memanaskan mobilnya, Atharya segera menginjak gasnya dan melajukan mobilnya keluar dari basement.
Atharya pergi ke rumah Geri lebih dulu karena laki-laki itu tiba-tiba mengirim pesan dan memintanya pergi ke rumahnya karena Geri ingin menumpang.
"Kenapa nggak pake motor aja, Thar?" tanya Geri setelah laki-laki itu masuk ke dalam mobil.
"Gue nggak bego," balas Atharya malas.
Geri tertawa, ternyata maksud Yudha dan Alex mengajak Atharya untuk ke jalan kertana sudah ketahuan.
Tak membutuhkan waktu lebih dari sepuluh menit mereka sampai di tempat yang Alex katakan tadi siang, mereka segera menghampiri teman-temannya yang sudah datang lebih dulu.
"Nggak asik lo nggak bawa motor," ujar Yudha begitu Atharya dan Geri keluar dari mobil dan menyapa mereka.
"Gue cuma mau liat," balas Atharya.
"Lo beneran nggak mau turun emang?" tanya Gerald.
Atharya menggelengkan kepalanya.
"Ayo, Bro! udah siap-siap, tuh!" ajak teman Alex yang Atharya tidak tahu siapa namanya.
Laki-laki itu mengikuti teman-temannya, disana sudah ada Alex yang membawa satu botol kaca yang Atharya tebak adalah alkohol.
"Lo mau mabok juga, Ger?" tanya Atharya pada Geri.
"Nggak, bisa dihajar bokap gue kalo mabok," balas Geri.
Atharya mengangguk. Setidaknya ia masih memiliki teman yang waras.
"Tuh, jagoan barunya, Thar," kata Gerald seraya menunjuk ke arah laki-laki yang dimaksud oleh Gerald.
Netranya tak sengaja berpas-pasan dengan jagoan baru yang dikatakan oleh Gerald, entah mengapa Atharya merasa pernah melihatnya di suatu tempat.
"Namanya siapa?" tanya Atharya.
"Au dah, gue lupa." Gerald mengendikkan bahunya tak acuh.
"Seinget gue namanya Jarrel," sahut Adam.
"Jarrel Adijaya?" tanya Atharya.
"Lo kenal dia, Thar?" tanya Geri.
Atharya menggeleng. Laki-laki itu tidak mengenal Jarrel, ia hanya tahu namanya.
"Kita satu SMP doang," ucapnya.
"Seangkatan sama lo apa kakak kelas lo?" tanya Adam.
"Kakak kelas, satu angkatan sama kalian," jawab Atharya.
Sejujurnya laki-laki itu tidak menyangka akan bertemu dengan orang itu di tempat ini, karena seingatnya. Jarrel adalah panutan anak-anak saat laki-laki itu menjabat sebagai ketua osis di sekolahnya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAUSENDSASSA [COMPLETED]
Random"Atharya, ayo pacaran!" "Boleh," balas Atharya seraya menatap lurus ke arah cewek di depannya itu dengan senyuman tipis. "Hah?" "Tapi ada satu syarat," ujar Atharya. "Apa?" tanya cewek itu dengan tatapan bingung. "Nggak ada kata putus."