"Atharya, ayo pacaran!"
"Boleh," balas Atharya seraya menatap lurus ke arah cewek di depannya itu dengan senyuman tipis.
"Hah?"
"Tapi ada satu syarat," ujar Atharya.
"Apa?" tanya cewek itu dengan tatapan bingung.
"Nggak ada kata putus."
"Pagi, Mama. Athar dateng lagi, Athar kangen hehe," sapa Atharya pada sebuah nisan yang terdapat nama Cassandra Zwetta di atasnya.
"Hari ini, Athar mau pergi jalan-jalan sama pacar Athar, sama temen-temen Athar juga, Ma. Papa ikut tapi tetep aja ngurusin kerjaan disana," celoteh Atharya yang melirik ke arah Sadewa di akhir kalimatnya.
"Yahh, kita harus LDR seminggu, Ma. Kasian Papa," ujar Atharya lagi yang berhasil membuat Sadewa menjitak pelan kepala Putranya itu.
"Tuh, Ma. Masa kepala Athar dijitak sama Papa? marahin, Ma. Papa jahat banget sama anaknya," adu Atharya seraya mengusap kepalanya pelan.
Sadewa menghela nafasnya kasar, pria itu menarik tangan Atharya agar berdiri. Menyuruh Atharya menyingkirkan karena ia hendak berbicara dengan istrinya.
Atharya mendengus kesal, kemudian kakinya melangkah ke makam yang ada di sebelah Mamanya, itu rumah Auriga, saudara kembar Atharya.
"What's up, Bro. Lo masih ukuran bayi apa sama gedenya kaya gue?" tanya Atharya yang tentunya tidak ada jawaban.
"Gue mau pergi jalan-jalan, kasian lo nggak bisa ikut."
Sadewa berdehem mendengar ucapan Atharya barusan, sedangkan Atharya sendiri hanya tertawa ringan.
"Pa, Papa ngobrol apa sama Mama? kok nggak ada suaranya?" tanya Atharya karena sedari tadi tidak mendengar sepatah katapun keluar dari bibir sang ayah.
"Brisik, kamu. Papa ngobrol sama Mama pake hati," balas Sadewa.
Atharya mencebikkan bibirnya ketika dikatai berisik oleh Papanya.
Setelah mendoakan Mamanya dan saudara kembarnya, Atharya melangkahkan kakinya menuju rumah sahabat pertamanya. Disana sudah ada Kylo yang sepertinya juga tengah mengeluarkan isi unek-uneknya pada sahabatnya itu, jadi Atharya berdiri agak jauh darisana sampai Kylo selesai.
"What's up, Kai."
Kylo menoleh saat mendengar suara langkah kaki yang mendekat dan mendapati Atharya yang berdiri di sisi makam Kairo yang lain.
Laki-laki itu berjongkok, mengusap nisan yang bertulisan nama Kairo. Kylo bisa melihat ada ekspresi sedih di raut wajah Atharya meskipun hanya sebentar karena setelahnya laki-laki itu tersenyum.
"Kata lo dulu, kalo gue ketemu sama adek lo, gue harus ngasih tau first impression gue ke lo. Jujur, first impression gue ke adek lo ini marah sih, soalnya dia ngelakuin hal yang paling lo benci."
Atharya menatap Kylo yang juga memperhatikannya. "Bundir," lanjutnya.
"Ya, berhubung dia gagal bundir. Gue nggak jadi marah. Cuman, gue ngiranya dia mirip lo, taunya beda jauh."
"Maksud kamu?" tanya Kylo dengan raut wajah bingung sekaligus kesal karena dikatai tidak mirip dengan Kakaknya.
"Kairo tinggi, lo pendek. Kairo nggak galak, lo galak banget. Kairo orangnya optimis, ambisius, sedangkan lo nggak," ujar Atharya dengan jujur.
Walaupun Kylo tidak suka dibandingkan dengan orang lain, namun yang dikatakan Atharya kenyataannya. Tapi tetap saja melihat ekspresi wajah Atharya yang terlihat songong itu membuat Kylo kesal, laki-laki itu memukul Atharya menggunakan botol plastik kosong tanpa berperasaan.
"Mau pulang sekarang?" tanya Sadewa yang tiba-tiba saja sudah berada di dekat mereka, beruntung Kylo bukan tipe orang yang kagetan.
"Iya, Om."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.