Hari ini, dimata pelajaran ke-dua adalah Seni Budaya. Seperti yang dikatakan oleh ketua kelas kemarin, saat mata pelajaran Seni Budaya mereka disuruh maju satu-persatu dan menyanyikan satu lagu dengan satu alat musik.
Atharya yang sedari tadi memperhatikan teman-teman kelasnya yang maju satu-persatu akhirnya mendapatkan gilirannya, ia maju ke depan auditorium dengan membawa gitarnya.
"Kamu mau menyanyikan lagu apa, Atharya?" tanya guru Seni Budaya, Pak Rendra namanya. Beliau adalah guru muda yang berkarismatik.
"It's not living if it's not with you by The 1975," balas Atharya yang membuat beberapa teman kelasnya bersorak.
Pak Rendra tersenyum, lalu mempersilahkan Atharya untuk segera memulainya.
Atharya mengangguk.
Sorakan dari teman-temannya yang menggema di auditorium itu membuat Atharya tersenyum bangga pada dirinya sendiri saat laki-laki itu baru memulai instrument lagu yang akan ia nyanyikan.
"And Danny ran into some complications."
Atharya mulai pada lirik pertama, suaranya yang masih dalam masa pubertas membuatnya menjadi point plus karena suaranya terdengar candu.
Sementara teman-temannya begitu menikmati nyanyian hingga Atharya selesai menyanyikannya, laki-laki itu mendapatkan begitu banyak tepukan tangan.
"Itu lagu apa kisahmu?" celetuk Pak Rendra yang membuat Atharya terkekeh pelan.
"Cuma lagu, kalo saya sih kecanduan Kara, Pak."
"Wooo buceenn!" seru Gibran dan beberapa anak laki-laki di kelasnya.
"Ada ada aja kamu ini," balas Pak Rendra seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah itu, beliau menyuruh Atharya untuk kembali ke tempat duduknya.
"Lo keren, Bro!" kata Lala setelah Atharya kembali ke tempat duduknya.
"Lo kenapa nggak gabung ke ekskul musik aja, Thar?" tanya Sheren yang merupakan teman sebangku Lala.
Atharya berpikir sejenak, sepertinya tidak masalah kalau ia menambahkan satu ekstrakulikuler lagi. Toh, ada Gerald dan Yudha juga disana.
"Daniella Cathrine Mahendra," panggil Pak Rendra yang membuat Lala berdiri dan maju ke depan.
"Keren juga namanya," komentar Atharya yang baru mengetahui nama lengkap Lala.
Beruntung suara Atharya pelan, jadi Lala tidak mendengar ucapan laki-laki itu yang bisa saja membuat Lala ingin menggeplak kepala Atharya.
Kelas Seni Budaya selesai tepat saat bel istirahat berbunyi, mereka segera kembali ke kelas untuk mengembalikan barang-barang mereka dan pergi ke luar kelas. Kebanyakan dari mereka pergi ke kantin, termasuk Atharya yang sedari tadi sudah kelaparan.
"Athar!" teriak Yudha saat laki-laki itu melihat Atharya yang celingak-celinguk mencari keberadaan mereka.
Mendengar suara Yudha dan mendapati laki-laki itu tengah melambaikan tangan ke arahnya, Atharya langsung menghampirinya dan bergabung dengan mereka.
"Punya gue mana?" tanya Atharya saat tidak mendapati makanan yang ia pesan ke Geri tadi sebelum bel istirahat berbunyi.
"Emang lo pesen?" tanya Gerald dengan satu alis yang terangkat.
Atharya mendengus, ia tahu saat ini mereka tengah mengerjainya.
"Panggil gue Bang Gerald dulu," kata Gerald yang membuat Atharya berdecak.
"Males," balas Atharya.
"Pesen sendiri sono!" usir Gerald seraya mengibaskan-ibaskan tangannya ke arah Atharya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAUSENDSASSA [COMPLETED]
Random"Atharya, ayo pacaran!" "Boleh," balas Atharya seraya menatap lurus ke arah cewek di depannya itu dengan senyuman tipis. "Hah?" "Tapi ada satu syarat," ujar Atharya. "Apa?" tanya cewek itu dengan tatapan bingung. "Nggak ada kata putus."