part 15

760 54 1
                                    

"Hai, namaku Kylo Rivandra Lee. Biasa di panggil Kylo, aku pindahan dari Jeju, Korea Selatan. Salam kenal," ucap remaja laki-laki manis di depan kelas X IPS 1.

Ia anak baru yang sedari tadi dibicarakan oleh anak-anak, terutama kaum hawa. Banyak yang menatap Kylo gemas karena wajahnya tergolong sangat manis untuk ukuran anak cowok. Ibu Kylo keturunan orang korea asli, lebih lagi wajahnya diturunkan ke Kylo, itu membuatnya kadang salah dikenali oleh orang asing.

Guru yang mengajar menyuruh Kylo untuk duduk di bangku yang paling ujung, di belakang Lala. Itu artinya Kylo satu meja dengan Atharya.

Kylo mengangguk, ia berjalan ke arah meja paling belakang dan segera duduk di samping anak laki-laki yang sedang menelungkupkan kepalanya diantara kedua tangannya yang di taruh di meja. Siapa lagi kalau bukan Atharya.

Kylo yang melihatnya jadi bingung, pelajaran sudah berlangsung tapi orang di sampingnya itu belum juga duduk tegak. Guru yang mengajar juga tidak menegurnya, ia ragu untuk membangunkannya atau tidak.

"Nggak usah dibangunin, nanti singanya ngamuk," celetuk Lala yang membuat Kylo sedikit tersentak, beberapa saat kemudian ia mengangguk dan tersenyum tipis. Membuat Lala yang melihatnya jadi malu, blushing.

Lala langsung membalikkan badannya lagi ke depan dan memperhatikan penjelasan guru, begitu juga dengan Kylo. Meskipun ia membutuhkan waktu yang sedikit lama untuk memproses pemahamannya, ia belum terlalu paham dengan bahasa Indonesia.

"Kylo, kalo ada yang nggak ngerti boleh minta tolong ke gue kok," tawar Lala yang kini mereka duduk berhadapan. Walaupun setiap ada ulangan selalu nyontek Atharya, tapi sebenarnya Lala cukup pintar kalau saja ia tidak malas.

Mereka mengerjakan tugas yang diberikan guru sebelum gurunya ijin karena ada urusan mendadak, jadinya kini Lala dan Sheren membalikkan kursinya kebelakang agar bisa lebih bebas mengerjakan tugasnya.

"Ah, iya. Aku sedikit mengerti," kata Kylo dengan bahasa yang baku, membuat Lala dan Sheren menahan tawanya. Bisa gawat kalau mereka keceplosan dan membuat Atharya terbangun.

"Santai aja, jangan formal."

Dering ponsel terdengar, membuat oknum yang sedari tadi tidur jadi terbangun karenanya. Tangannya mencari ponsel yang berdering di saku seragamnya dan langsung mengangkat tanpa melihat nama yang menelpon.

"Hm?" sapanya dengan gumaman, kepala nya masih menempel di meja. Enggan mengangkatnya.

"Ck! ganggu gue tidur aja," kata Atharya sinis dengan suara serak khas bangun tidur, ia tidak tau kalau Sheren yang mendengarnya berusaha untuk tidak teriak heboh.

Menurut Sheren, suara Atharya waktu bangun tidur itu telpon-able banget. Lala pun membenarkan, mau tidak mau karena itu memang faktanya.

"Ntar aja, gue ngantuk."

"Hm."

Sambungan terputus, membuat Atharya memasukkan ponselnya di saku seragamnya. Setelahnya ia berdiri dan keluar dari kelas tanpa mengucapkan satu kata pun.

Ting!

Atharya

Gue di uks.
Klo ada gru blg.

Oke,
Btw lo punya temen bangku baru.


Ya.

Lala mendengus kesal, "Athar ijin ke uks."

"Lah terus ini tugasnya gimana?" tanya Sheren bingung, karena memang di antara mereka hanya Atharya yang paling paham materinya.

"Di kumpulnya kapan?" tanya Lala.

TAUSENDSASSA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang