part 28

490 54 5
                                    

Sudah hari ke-tiga sejak Atharya diberikan surat peringatan yang membuat laki-laki itu diskors selama satu minggu.

Selama itu pula Atharya mengurung diri di kamar, laki-laki itu benar-benar merenungi kesalahannya hingga lupa waktu dan membuat seisi rumah khawatir pada Tuan Muda itu.

Bahkan saat Belleza membuatkan makanan kesukaan Atharya pun hanya dimakan sedikit oleh laki-laki itu, ia meminta maaf pada Belleza karena sedang tidak mood untuk makan.

Sadewa sendiri sudah angkat tangan dan membiarkan Atharya berbuat sesukanya, meskipun pada awalnya pria itu sedikit kecewa pada putranya saat membaca surat peringatan itu.

"Abang Jioo, main yokk!" ajak Gail begitu anak itu masuk ke dalam kamar dan mendapati abangnya yang beberapa hari ini terlihat murung.

"Kemana?" tanya Atharya.

Gail mencebikkan bibirnya. "Bang Jio kan udah janji mau ajak Gail jalan-jalan!"

"Iya-iya, ayo jalan-jalan," balas Atharya yang langsung bangkit dari kursi belajarnya.

Laki-laki itu mengambil kunci mobilnya, lalu menggandeng tangan Gail dan pergi keluar kamar. Saat mereka melewati ruang tengah, keduanya berpas-pasan dengan Belleza yang membawa kue kesukaan Atharya.

"Mau pergi kemana?" tanya Belleza melihat Atharya yang memegang kunci mobil.

"Jalan-jalan, Nonna!" jawab Gail dengan antusias.

Atharya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum lebar, Belleza yang melihat itu pun mau tak mau ikut tersenyum karena melihat cucunya yang terlihat bersemangat.

"Baiklah, hati-hati dijalan."

Setelah berpamitan. Kedua anak adam berbeda ukuran itu pergi dari pekarangan rumah menggunakan mobil milik Sadewa, karena mobilnya disita lagi oleh Sadewa.

Pria itu benar-benar serius saat mengatakan jika Atharya bisa menggunakan mobilnya saat laki-laki itu sudah mendapat surat ijin mengemudi.

"Abang, Gail mau naik bianglala!" seru Gail tiba-tiba.

Atharya mengangguk. Laki-laki itu memutar stirnya menuju tempat bermain yang tempatnya luas dan banyak permainan disana.

Keduanya masuk ke dalam tempat itu setelah Atharya membeli tiket masuknya, laki-laki itu terkekeh pelan melihat betapa senangnya Gail melihat banyaknya permainan yang ada dihadapannya sekarang.

"Mau langsung bianglala apa main yang lain dulu, Cil?" tanya Atharya pada Gail.

Anak kecil itu nampak berpikir, lalu tersenyum cerah saat melihat permainan yang paling Gail sukai. Memancing.

Anak itu menggeret tangan Atharya menuju tempat permainan itu.

"Selamat Siang! mau main satu atau dua nih, Kak?" tanya staff yang bertugas melayani dipermainan ini.

"Satu aja," balas Atharya.

Staff itu mengangguk, lalu memberikan satu alat pancing dan juga tempat untuk menaruh ikan yang berhasil ditangkap.

Karena tempatnya cukup tinggi, Gail harus mengangkat kail pancingnya tinggi agar bisa menangkap ikannya.

Anak itu bersorak setelah mendapatkan tangkapan pertamanya.

"Mau main apalagi?" tanya Atharya.

"Ituu!" kata Gail sembari menunjuk ke arah tempat melukis.

"Oke, kali ini abang ikutan."

"Otee!"

Atharya memesan dua kanvas dengan satu kanvas yang sketsanya sangat mudah. Sementara Atharya menggunakan kanvas kosong yang belum diberi sketsa apa-apa.

TAUSENDSASSA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang