part 20

582 49 0
                                    

Suasana pagi yang cerah ini membuat Atharya bersemangat karena hari ini ia akan bertemu dengan seseorang yang sudah lama tidak ia temui.

Mereka akan pergi ke pinggiran kota, ke sebuah pedesaan yang masih asri dan penduduknya disana juga tidak banyak.

"Ngapain bawa sepeda banyak?" tanya Gerald begitu melihat Atharya yang baru saja keluar dari rumah, menghampiri yang lainnya yang sudah menunggu di halaman rumah.

"Disana lebih enak naik sepeda," balas Atharya.

"Gas aja gue, udah lama juga nggak naek sepeda," sahut Alex.

Karena semua sudah siap, mereka segera naik ke dalam mobil yang akan mengantar mereka ke pinggiran kota.

Setelah satu jam perjalanan, akhirnya mobil yang mereka tumpangi berhenti di pinggir jalan yang sepi, hampir tidak ada orang yang berlalu lalang di jalan itu.

"Tempatnya jauh nggak, Thar? gue udah lama nggak naik sepeda ini," tanya Yudha.

"Lumayan," balas Atharya yang kini sudah menaiki sepedanya dengan Karalyn yang berada di belakang.

Mereka hanya membawa lima sepeda. Satu sepeda digunakan dua orang. Atharya dengan Karalyn, Adam dengan Lala, Geri dengan Kylo,  Gerald dengan Yudha, dan Alex sendiri karena laki-laki itu sendiri yang mau.

"Yok, gas!" seru Gerald yang sudah siap mengayuh sepeda.

Atharya mengangguk. Laki-laki itu berjalan lebih dulu, memimpin jalan mereka karena hanya ia yang tahu jalannya.

Sepanjang perjalanan, Karalyn benar-benar menikmati pemandangan di pedesaan ini. Pada awalnya mereka hanya melihat ladang yang panjang, lalu tak lama kemudian rumah-rumah penduduk mulai kelihatan satu persatu karena jarak dari rumah ke rumah cukup jauh.

"Kita masih jauh?" tanya Karalyn pada Atharya saat mereka semakin jauh dari pemukiman.

"Bentar lagi sampe," balas Atharya.

Karalyn mengangguk. 

Benar saja, setelah mereka melewati pinggiran danau buatan, Atharya mengayuh sepedanya memasuki sebuah rumah dengan halaman yang penuh dengan tanaman.

"Rumah siapa, Thar?" tanya Alex.

"Kakek sama Nonna," balas Atharya yang membuat mereka bingung, namun ada juga yang mengerti.

"Nonna itu Nenek," ujar Karalyn yang cukup mengerti dengan bahasa Italia.

Atharya mengangguk, laki-laki itu mengacungkan jempolnya pada Karalyn.

Atharya mengajak mereka untuk pergi ke depan rumah, ia menyalakan bel rumah itu dan menunggu si pemilik rumah keluar.

Begitu si pemilik rumah keluar, mereka disambut dengan ekspresi senang sekaligus terkejut ketika si pemilik rumah itu melihat mereka, lebih lagi saat melihat Atharya yang memperlihatkan senyuman lebarnya.

"Oh, My Tausendsassa Boy, Mazio!" seru si pemilik rumah yang tak lain adalah nenek Atharya, atau biasanya dipanggil Atharya dengan sebutan Nonna.

Pelukan hangat diberikan oleh Nonna untuk Atharya. Tentunya hanya sebentar karena Atharya tidak enak dengan teman-temannya.

"Nonna, sono i miei amici," ujar Atharya seraya menatap ke arah teman-temannya. ( Nenek, mereka teman-temanku.)

"Oh, halo! saya Belleza, panggil saya Nonna seperti Mazio," sapa Belleza pada teman-teman Atharya dengan logat bahasa italia yang masih kentara.

"Halo, Nonna!" seru mereka dengan kompak.

TAUSENDSASSA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang