part 18

623 55 0
                                    

"Anak itu, adiknya Kairo."

Bagaikan tersambar petir, Atharya menjatuhkan ponselnya hingga mengenai wajahnya ketika mendengar pernyataan yang keluar dari bibir Kepala keluarga itu.

Mengabaikan rasa sakit di wajahnya. Atharya bangkit dari tidurannya, menatap Sadewa dengan raut wajah yang meminta penjelasan.

"Kylo Rivandra Lee, lahir di Jeju, Korea Selatan. Empat belas tahun. Nama ayah Alam Rivandra, nama Ibu Lee Jeya, nama suadara Kairo Rivandra Lee. Orangtuanya cerai saat Kylo berusia empat tahun, Kylo ikut ibunya lalu Kairo ikut ayahnya," jelas Sadewa secara singkat setelah membaca dokumen yang berisi informasi tentang anak bernama Kylo itu.

Atharya termenung, berusaha mencerna penjelasan Sadewa dengan baik.

"Jadi, Kylo adeknya Kairo? sahabatnya Athar?" tanya Atharya yang dibalas anggukan oleh Sadewa.

"Wah, plot twist banget," celetuk Atharya yang sudah tidak tahu harus berkata apa karena semuanya terasa tidak nyata.

"Kamu tidur sana! tadi Gail nyariin kamu," usir Sadewa yang sekarang sudah kembali duduk di kursi kerjanya.

Atharya mendengus. "Pa, lanjut besok aja nggak bisa apa? tiap hari kok ngadep berkas, kayak nggak ada kegiatan lain aja," cibirnya.

Akhir-akhir ini Sadewa lebih lama duduk di kursi kerjanya daripada tidur atau melakukan kegiatan lain, bahkan keluar saja hanya saat Atharya memaksanya untuk makan.

"Papa nggak kerja kamu mau makan apa?" tanya Sadewa.

"Nggak kerja bertahun-tahun juga uang Papa masih banyak," balas Atharya tak mau kalah.

Sadewa tak membalasnya, hal itu membuat Atharya kesal karena diabaikan.

"Paaa, lanjut besok lagi aja," kata Atharya dengan rengekan kecil.

"Papaaa, Athar ngajak ngomong ini," kata Atharya lagi saat Sadewa yang lagi-lagi mengabaikannya.

"Papa nggak seru, ah!"

Sadewa memijit pelipisnya pelan, pria itu menatap Atharya yang tengah merajuk. Entah kenapa Sadewa merasa ada yang tidak beres dengan Atharya malam ini.

Pria itu akhirnya bangkit dari kursi kerja. "Ayo," ajak Sadewa.

Senyum Atharya merekah, laki-laki itu langsung bangkit dari sofa dan menghampiri Sadewa. Melompat ke punggung pria yang akan berkepala empat itu dengan semangat.

"Katanya udah gede, kok masih minta gendong Papanya?" sindir Sadewa.

"Biarin, Athar kan anak Papa," ujar Atharya yang membuat Sadewa menggelengkan kepalanya.

Lantas pria itu keluar dari ruang kerja, menuju lantai atas menggunakan lift. Tidak mungkin ia menaikkan tangga dengan Atharya yang berada di gendongannya.

Sadewa mengantar Atharya ke kamarnya, saat pria itu hendak kembali ke bawah, Atharya mencegahnya. Anaknya itu memintanya untuk tidur bersama.

Sadewa menurutinya, lagipula ia sudah lama tidak tidur bersama putranya itu karena Akhir-akhir ini terlalu sibuk bekerja.

"Pa, Athar kangen Mama," ujar Atharya tiba-tiba.

"Besok ke rumah Mama, Papa juga kangen soalnya," balas Sadewa disertai kekehan kecil.

Atharya mengangguk. Laki-laki itu memeluk Sadewa erat hingga tak lama kemudian dengkuran halus terdengar dari Atharya.

Sadewa melepaskan tangan Atharya, ia mengusap surai Atharya ke belakang. Pria itu tersenyum tipis, pantas saja Atharya terlihat lebih manja hari ini. Putranya itu terkena demam.

TAUSENDSASSA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang