Hari liburan sudah habis. Kini para siswa tengah berbaris rapi di halaman sekolah untuk melaksanakan upacara bendera.
Banyak dari mereka yang terlihat bersemangat karena akhirnya bisa bersekolah lagi, namun banyak juga dari mereka yang merasa lesu karena sekolah lagi.
Suasana pagi hari yang cerah ini disambut dengan ekspresi suram oleh Atharya, entah mengapa hari ini laki-laki itu tampak tidak bersemangat.
Bahkan sepanjang pelaksanaan upacara pun Atharya terlihat diam, biasanya laki-laki itu tidak bisa diam. Ia juga sangat sensitif, bahkan Lala yang biasanya berisik pun tak berani mengeluarkan suara.
"Bubarkan!"
Atharya pergi dari halaman sekolah dengan ekspresi datar, laki-laki itu berjalan menuju anak-anak Osis yang mengamankan tas-tas para siswa yang terlambat, salah satunya tas miliknya.
"Tas gue," ujar Atharya saat ada anak osis yang mengambil tas nya tiba-tiba ketika ia akan mengambilnya.
"Laporan dulu, lo telat," kata anak osis itu.
Atharya berdecak, namun tetap mengikuti perintah itu. Suasana hatinya semakin buruk ketika mendengar kalimat-kalimat yang membuatnya muak.
"Kenapa terlambat? mentang-mentang anaknya Pak Sadewa bukan berarti lo bisa seenaknya keluar masuk sekolah," ujar laki-laki yang Atharya tebak adalah Ketua Osis.
Padahal Atharya sudah meminta Papanya untuk tidak membuat perlakuan khusus di sekolah, Sadewa juga setuju.
Dan orang-orang di sekolah juga sudah tahu. Makanya semenjak itu, saat Atharya membuat kesalahan ia dihukum sesuai aturan.
"Emang kenapa kalo gue anaknya? gue baru sekali telat, telatnya juga cuma semenit," balas Atharya yang sudah kehabisan kesabarannya untuk mendengar bacotan dari Ketua Osis itu.
"Thar!" panggil Geri yang entah datang darimana tiba-tiba menghampirinya dengan sebuah tas yang ia tenteng.
"Lo mending baca chat dari gue habis ini kalo nggak mau citra lo ancur," ujar Geri pada Ketua Osis itu sebelum menyeret Atharya pergi dari sana.
Geri membawa Atharya ke basecamp, disana sudah ada Alex dan Yudha yang tengah bermain karambol.
"Lo kenapa?" tanya Geri setelah mendorong bahu Atharya agar laki-laki itu duduk di sofa, ia juga menaruh tas yang ia tenteng tadi di samping pemiliknya.
Yang ditanya tak mau menjawab, laki-laki itu lebih memilih untuk tiduran di sofa dengan lengannya yang ia gunakan untuk menutupi matanya.
Geri menggelengkan kepalanya pelan, memaklumi sifat Atharya yang emosional. Ia menghampiri Alex dan Yudha.
"Bro, awasin Athar. Bocahnya lagi emosian," ujar Geri.
"Lah? napa tu anak? baru juga pulang liburan," tanya Yudha.
Geri mengendikkan bahunya. "Puber," katanya.
"Aman sama gue, lo kalo masih ada urusan balik sono!" kata Alex seraya mengusir Geri menggunakan gerakan tangannya.
Geri berdecak, kemudian keluar dari basecamp. Laki-laki itu masih harus menjaga anak-anak yang terkena hukuman karena terlambat.
Beruntung Atharya hanya terlambat satu menit, karena kalau terlambat lebih dari lima menit, laki-laki itu juga akan diberi hukuman berdiri di tengah lapangan selama dua jam pelajaran.
"Habis darimana?" tanya Karalyn saat Geri baru sampai di halaman sekolah.
"Nganter pacar lo ke basecamp, itu bocah kumat lagi," balas Geri.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAUSENDSASSA [COMPLETED]
Random"Atharya, ayo pacaran!" "Boleh," balas Atharya seraya menatap lurus ke arah cewek di depannya itu dengan senyuman tipis. "Hah?" "Tapi ada satu syarat," ujar Atharya. "Apa?" tanya cewek itu dengan tatapan bingung. "Nggak ada kata putus."