Sudah lebih dari satu bulan sejak Atharya dan Karalyn berbaikan, selama itu pula semakin hari sifat manja dan posesif Atharya semakin menjadi.
Hari-harinya berjalan dengan lancar meskipun selalu saja ada yang berhasil membuat emosi laki-laki itu tersulut emosi dan suasana hatinya tiba-tiba memburuk.
Contohnya sekarang, semua orang sudah tahu sejak kembalinya laki-laki itu dan aksinya saat ada adek kelas yang menyatakan perasaannya pada Karalyn, membuat mereka mengerti jika mereka masih berpacaran.
Namun tetap saja ada oknum yang memiliki sifat nekat itu dengan berani menyatakan perasaannya pada Karalyn di depan kelas gadis itu yang baru saja datang bersama Atharya yang ada di sebelahnya.
"Kak, gue suka sama lo," ungkap laki-laki itu yang diperkirakan adalah adek kelas mereka.
Ya, memang semua laki-laki yang menyatakan perasaannya ke Karalyn itu adalah anak kelas sepuluh. Laki-laki angkatan kelas dua belas dan sebelas tidak ada yang berani karena selain mengetahui sifat Karalyn yang galak, mereka juga sedikit takut dengan sifat Atharya yang kadang gila itu.
Atharya menarik tangan Karalyn agar gadis itu berdiri di belakangnya dan ia yang berhadapan dengan anak kelas sepuluh itu, ia melihat name tag di seragam anak itu. Samuel Adinata.
"Lo anaknya Pak Adinata?" tanya Atharya.
Semuel mengangguk.
"Pergi sana, jangan ganggu cewek gue," usir Atharya setelah laki-laki itu menghela nafasnya kasar.
"Minggir, Thar. Gue mau ngomong sama Kak Karalyn."
Alis Atharya terangkat saat laki-laki yang lebih pendek darinya itu tidak menghiraukan peringatannya, ia tidak mau berurusan dengan anak-anak dari bawahan Papanya itu, tapi Samuel berhasil membuatnya kesal.
"Nggak perlu, jawabannya udah pasti ditolak," ujar Atharya.
"Gue nggak butuh omongan lo," sentak Samuel.
Atharya berdecak. "Gue pacarnya, lo mikir kalo punya otak!"
Karalyn yang sudah tidak tahan lagi akhirnya angkat bicara saat melihat Atharya mulai tersulut emosi, gadis itu menarik tangan Atharya.
"Bener kata Atharya tadi, gue udah punya pacar–"
Belum selesai Karalyn berbicara, Samuel lebih dulu menyelanya.
"Aku mau jadi selingkuhan Kakak, kok."
"Bocah edan!" seru Gerald yang baru saja datang dan mendengar kalimat yang tidak berbobot itu.
Tak selang beberapa saat disusul sebuah pukulan yang cukup keras mengenai pipi kanan Samuel, Atharya pelakunya.
Samuel tersungkur di lantai sembari memegang pipinya yang berdenyut nyeri, koridor yang tadinya hanya anak-anak kelas Karalyn saja yang melihat, kini semakin ramai karena ulah Atharya yang tiba-tiba menghantam Samuel.
Karalyn tak ingin ada masalah lagi yang berakhir membuat Atharya dipanggil ke ruang konseling, gadis itu menarik tangan Atharya agar menjauh dari keramaian.
"Minggir!" kata Karalyn sembari melotot galak saat jalannya tertutupi oleh para siswa yang berdiri di tengah-tengah koridor dan berkerumun.
Gadis itu mengantarkan Atharya pergi ke kelasnya, ia memanggil Kylo yang sudah duduk tenang di bangkunya.
"Jagain ya, nggak boleh keluar sebelum istirahat," pinta Karalyn yang dibalas anggukan oleh Kylo.
"Kara mau balik kesana lagi?" tanya Atharya yang akhirnya membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAUSENDSASSA [COMPLETED]
Random"Atharya, ayo pacaran!" "Boleh," balas Atharya seraya menatap lurus ke arah cewek di depannya itu dengan senyuman tipis. "Hah?" "Tapi ada satu syarat," ujar Atharya. "Apa?" tanya cewek itu dengan tatapan bingung. "Nggak ada kata putus."