"Paa, hari ini libur dulu bisa nggak?" pinta Atharya yang tengah melakukan sarapan pagi bersama Sadewa.
"Kenapa?" tanya Sadewa.
Biasanya jika Putranya itu memintanya libur, pasti ada hal yang membuatnya untuk menemani anak itu ke suatu tempat.
"Mau liat Gail," kata Atharya yang diam-diam membuat senyuman simpul terbit di wajah sang kepala keluarga.
"Oke, Papa libur dulu."
"Grazie, Papa."
Sadewa menganggukkan kepalanya, pria itu mengusak surai Atharya dengan lembut sebelum mereka melanjutkan sarapan.
Seperti yang dikatakan Atharya tadi, Sadewa meliburkan diri untuk tidak bekerja, lagipula itu tidak akan menjadi masalah karena ia pemiliknya.
Begitu juga dengan Atharya yang tadinya sudah memakai seragam sekolahnya, sekarang sudah menggantinya dengan pakaian kasual.
Sesampainya disana, Atharya dibuat bingung dengan keberadaan seorang pria yang tengah berdiri di depan makam Gail.
Dengan rasa penasaran yang tinggi, laki-laki itu menghampiri pria itu tanpa menunggu Sadewa yang belum turun dari mobil.
"Om siapa?" tanya Atharya begitu jarak mereka hanya terpaut satu meter.
Pria yang diajak bicara oleh Atharya itu langsung mengalihkan pandangannya dari makam Gail ke arah Atharya.
"Kamu Atharya?" tanya pria itu dengan nada yang tegas.
Atharya mengangguk.
"Kenapa kamu tidak becus menjaga anak saya?" tanya pria itu yang membuat Atharya terkejut sekaligus tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh pria itu.
"Maksud Om?" tanya Atharya.
"Gara-gara kamu, anak saya meninggal! seharusnya kamu bisa menjaga Gail kalo sudah mengambil dia dari saya!" sentak pria itu.
Atharya yang mendengar itu jelas tidak terima.
"Saya mengaku kalo saya tidak bisa menjadi Kakak yang baik buat Gail, tapi saya nggak ngambil Gail dari Om! kenapa Om nggak tanya sendiri sama istri Om itu?" tukas Atharya dengan raut wajah kesal, tangan laki-laki itu mengepal dan berharap ia bisa menahan amarahnya agar tidak menyerang pria itu.
"Jaga omongan kamu! Istri saya adalah wanita baik-baik!"
Pria itu mendorong Atharya hingga membuat laki-laki itu tersungkur ke tanah, Sadewa yang baru saja datang dengan membawa bunga di tangannya sontak berlari ke arah mereka dan membantu Atharya untuk berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAUSENDSASSA [COMPLETED]
Random"Atharya, ayo pacaran!" "Boleh," balas Atharya seraya menatap lurus ke arah cewek di depannya itu dengan senyuman tipis. "Hah?" "Tapi ada satu syarat," ujar Atharya. "Apa?" tanya cewek itu dengan tatapan bingung. "Nggak ada kata putus."