44-Tiga Hari

23K 2.1K 49
                                    

Vote dulu sebelum baca😸

"JIKA KAMU RINDU MAKA LANGITKAN, PERCAYALAH RINDU ITU AKAN LANGSUNG MENGHILANG KARENA TELAH SAMPAI KE PEMILIKNYA"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"JIKA KAMU RINDU MAKA LANGITKAN, PERCAYALAH RINDU ITU AKAN LANGSUNG MENGHILANG KARENA TELAH SAMPAI KE PEMILIKNYA"

-Muhammad Dafan Al-Kahfi-



Hana mengambil sepotong brownies lalu memakannya, beberapa menit berlalu ia baik-baik saja tidak terjadi apapun. "Baik saya akan menerimanya" putus mamah Gilang lalu pergi tanpa mengucapkan apapun lagi.

"Setidaknya pemberian ku diterima" miris Hana.

Suara klakson mobil membuyarkan lamunan Hana, ia berbalik dan sudah mendapatkan tatapan dingin dari Gilang yang sedang duduk di kursi kemudi. "Masuk" titahnya membuat Hana menunduk dan langsung menurut. Hana membuka pintu belakang seperti biasa karena ia dan Gilang masih belum mahram sebenarnya juga tak baik duduk di dalam mobil berduaan tapi apalah daya.

"Kenapa kamu tidak memberitahu ku jika ingin ke sini?"

"Aku tidak mau selalu merepotkan mu lagipula kamu juga memiliki kesibukan" cicit Hana menjelaskan.

Gilang mengerti lalu mencoba menghilangkan rasa kekhawatiran nya. "Lain kali jika ingin ke sini sebaiknya beri tahu aku, aku takut karena mamah aku tidak menyukaimu dia akan melukaimu" tuturnya lembut membuat Hana menyunggingkan senyum tipis.

"Baiklah, aku janji tak akan mengulanginya"

***

Usai sholat zuhur tadi Halza terlelap dalam tidur siangnya. Jam dua nanti ustadz Dafan akan berangkat dan ia tak ingin Halza mengantar nya ke bandara bisa-bisa ia tak jadi pergi karena melihat wajah sedih istrinya nanti. Alhasil ia menidurkan Halza setelah sholat zuhur agar bisa leluasa mengantar sang istri ke rumah orang tuanya untuk menginap beberapa hari selama kepergian nya. Tak akan bisa tenang jika Halza tinggal disini sendiri. Setelah memastikan Halza benar-benar tertidur ustadz Dafan menggendong ala bridal style tubuh mungil istrinya lalu memasukkan secara hati-hati ke dalam mobil.

Memastikan beberapa barang-barang sudah siap dan tak ada yang tertinggal ustadz Dafan langsung menuju ke rumah mertuanya. Tak memerlukan waktu yang lama ia telah sampai dan langsung memindahkan Halza ke kamar sebelum istrinya bangun. "Ayah Bunda Dafan izin pamit sebentar lagi waktu penerbangan"

"Ya nak hati-hati apa perlu ayah antar?" tawar ayah Halza.

"Tidak perlu yah Dafan naik taksi saja, itu taksinya sudah didepan" tunjuk ustadz Dafan.

"Lalu mobilmu?"

"Oh iya Dafan sekalian titip mobil yah" ujar ustadz Dafan membuat sang ayah mertua terkekeh.

"Yasudah nak berangkat nanti kamu ketinggalan pesawat" ustadz Dafan mengangguk mengecup tangan kedua mertuanya singkat lalu masuk ke dalam taksi yang sudah ia pesan melalui aplikasi online. "Assalamualaikum"

DIAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang