32-Melepuh

30.2K 2.5K 131
                                    

Yang mau komunikasi langsung sama rp wattpad Diam yuk join ke grup wa nya. Link udah aku sematkan di profil wattpad yh di Instagram juga ada di sorotan 😉

"SAYA TAK MASALAH TANGAN INI YANG TERLUKA, NAMUN SAYA PALING BENCI JIKA TANGAN MILIKMU YANG TERLUKA"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"SAYA TAK MASALAH TANGAN INI YANG TERLUKA, NAMUN SAYA PALING BENCI JIKA TANGAN MILIKMU YANG TERLUKA"

-Muhammad Dafan Al-Kahfi-



Beberapa menit kemudian ayah Halza datang dengan membawa beberapa orang anak buahnya. Halza berlari dengan tergopoh-gopoh dan langsung memeluk sang ayah.

"Ayah dia bukan Ba-de kan?" tunjuknya ke arah ustadz Dafan.

"Bade nggak mungkin bunuh orang" lanjutnya terdengar menyakitkan, ustadz Dafan yang melihat keadaan istrinya seperti itu hanya bisa menahan tangisnya, sesak sekali rasanya secara tidak langsung istrinya berujar bahwa ia seorang pembunuh.

"Halza sayang kamu tenang yah, lebih baik kamu tunggu dimobil biar anak buah ayah yang mengantar kamu" bujuk beliau dengan lembut, Halza mengangguk dan menuruti ucapan sang ayah.

Kepergian Halza membuat ustadz Dafan tak bisa lagi menahan tangisnya. "Ayah percaya bukan, Dafan tidak membunuh mereka"

"Lalu siapa yang membuat mereka seperti ini dan untuk apa senapan ditangan mu?" selidik beliau.

"Memang Dafan yang memukuli mereka tetapi mereka semua tidak meninggal, senapan ini berisi obat bius yang berbentuk seperti peluru dan itu hanya membuat mereka tak sadarkan diri dalam beberapa waktu"

Ayah Halza ragu tetapi memang benar ia pernah mendengar tentang senapan seperti itu, namun bukannya senapan itu hanya dimiliki oleh agen-agen khusus lalu bagaimana bisa ustadz Dafan memilikinya?

"Jika ayah masih tidak percaya coba periksa denyut nadi mereka"

Tanpa pikir panjang beliau berjongkok dan memeriksa satu persatu penculik yang keadaan sudah sangat menyedihkan. Wajah lebam dengan beberapa luka di sekujur tubuh mereka akibat pukulan keras yang ustadz Dafan berikan. Dan benar saja mereka semua masih hidup.

"Kamu benar mereka semua masih hidup, lantas dari mana senapan itu kamu dapatkan"

"Ceritanya panjang ayah yang pasti kita harus mengamankan mereka semua sebelum sadar" jawabnya dan ayah Halza mengangguk.

Mereka berdua memborgol tangan mereka satu persatu dengan borgol yang memang sudah disiapkan ayah Halza sebelum datang ke sini.

"Dafan kamu sendiri yang menghajar mereka?"

"Iya" jawaban singkat membuat sang ayah mertua menganga tak percaya. Tak ingin terlalu penasaran beliau berdehem dan mengatakan satu hal. "Lebih baik Halza pulang dengan ayah karena sepertinya dia masih syok atas kejadian barusan"

DIAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang