Sekian banyak cerita mengenai isekai yang kubaca baik dalam versi novel, manga, bahkan Webtoon sekalipun terlihat keren dan elegan. Entah mereka menjadi antagonis, tokoh sampingan, atau tokoh utama; semuanya pasti bisa menyelesaikan masalah seberat apa pun.
Dibanding dengan diriku yang hanya ditugasi Tiga menaklukkan tokoh utama, mereka—para penerima isekai yang pernah kubaca—jauh lebih berat cobaannya. Aku, kan, hanya perlu membuat Kafka naksir. Itu saja! Tidak perlu memikirkan cara bisnis. Tidak usah menempa kekuatan demi melawan monster maupun penyihir nyinyir. Tuh mudah sekali tugasku: PDKT.
Akan tetapi, jauh lebih mudah merancang usaha menjerat Kafka daripada praktik di lapangan! Salahkan pengalaman miskinku mengenai percintaan. Semua data yang kumiliki murni berasal dari buku dan drama Korea! Sedikit sekali yang sesuai dengan situasiku!
Seperti saat ini.
“Kamu bilang nggak ada hubungan apa pun dengan Kafka,” Siena menuduh. Dia ditemani beberapa cewek menyudutkanku di toilet. Total ada lima orang. Mereka berlima dan aku sendiri. “Oh jadi selama ini aku salah paham, begitu?”
Di saat seperti ini hal terbaik yang bisa kulakukan ialah, jangan memprovokasi musuh. Andai aku menguasai seni bela diri, maka akan dengan senang hati kulayani mereka satu per satu. Namun, diriku ini berasal dari kelas pejuang cuan. Tidak mungkin menghajar kelima ABG berdarah panas.
“Bohong kamu, ya?” Siena menyindir.
Beberapa kali ada siswi masuk toilet, tetapi begitu melihat sekumpulan darah muda yang terbakar asmara, mereka pun langsung kabur.
Siena dan teman-temannya. Aku tahu dia berasal dari keluarga berada. Itu bisa dilihat dari sepatu dan mobil yang mengantar jemput dirinya ke sekolah. Pengusaha jam? Pengusaha berlian? Ah mungkin keduanya, aku tidak yakin dan SANGAT BUTUH PERTOLONGAN TIGA.
Hei, aku ini dalam misi. Seharusnya Tiga memberiku kondisi khusus semisal bila dalam keadaan darurat maka dia akan memberiku perlindungan.
“Siena, kamu memang salah paham,” ucapku mencoba menurunkan tekanan darah dalam diri lawanku. Aku mengulum bibir, mencoba membasahinya karena kering dan perih. “Kafka dan aku memang tidak memiliki hubungan istimewa.”
Salah satu pengikut Siena mendengus. Gadis berambut paling pendek itu jelas tidak memercayai pengakuanku.
“Istimewa?” Siena mengibaskan tangan seakan ada lalat yang menempel di punggung tangannya. “Kamu menolak memberiku bantuan mendekati Kafka. Sekarang kamu mengaku ‘tidak punya hubungan’ dengan Kafka dalam artian romantis? Cih, siapa yang akan memercayai pernyataanmu?”
Diriku sendiri, tentu saja. “Kami memang tidak memiliki hubungan romantis, Siena. Tanya saja ke Kafka. Dia akan memberimu jawaban memuaskan.”
Begitu kulontarkan nama Kafka, mendadak kelima ABG (yang sepertinya tidak keberatan membenamkan kepalaku ke air) pun bungkam. Mereka saling pandang, bergumam, awalnya bingung, lalu mata mereka nyalang.
“Kamu pikir kami bodoh?” teriak cewek berambut paling pendek. “Siena terlalu baik hati. Dia sebenarnya mencoba menenangkan kami agar tidak memberimu pelajaran. Namun, kami tahu bahwa cewek sepertimu itu gatal!”
Emmm nggak salah sih. Telapak kakiku memang gatal dan AKU INGIN MENGGARUKNYA!
“Diva, tenang dong,” Siena mengintrupsi. “Dia enggak selevel denganmu.”
Sekarang jam istirahat pasti akan segera berakhir. Semoga saja petugas ketertiban mengendus kejahatan Siena cs.
“Sudahlah kita hajar saja.”
Pernyataan Diva pun diamini oleh geng Siena. Mereka maju seperti orang kerasukan setan; mencubit, menjambak, dan meneriakiku dengan kata jalang.
Oh shiiiiiit! Bagaimana bisa remaja mengatai lawannya dengan kata tidak senonoh? Oh lupakan, ke mana perginya Tiga ketika aku dalam bahaya? Apa hanya Kafka saja yang dia pedulikan? Kucing gembul tidak tahu diri!
KAMU SEDANG MEMBACA
PROTAGONIST'S LOVEMOMETER (TAMAT)
FantasySalah satu petugas isekai memberiku misi mengumpulkan kuota cinta dari Male Lead. Berhubung pilihan hanya ada dua, hidup atau mati, maka aku pun menerima tantangan. Jangankan menaklukkan Male Lead, Villain pun akan kuterjang asal diberi kesempatan h...