24. Oh Begitu....

4.2K 866 24
                                    

Pernyataan cinta paling tidak romantis. Itulah yang terjadi. Tidak ada makan malam berdua di restoran bintang lima. Lupakan mengenai musik pengiring dan setangkai mawar. Ah bahkan aku tidak yakin Kafka benar-benar punya rasa terhadapku. Jangan-jangan semua ini, pernyataan cinta dari Kafka (yang sepertinya lebih cocok disebut sebagai ancaman) hanyalah ilusi. Tidak nyata. Apakah Tiga sedang memasang jebakan? Oh seseorang perlu memukul pantat Tiga agar aku sadar!

Wow yang paling konyol (tragis, tepatnya) ... oh haruskah kuceritakan? Setelah batal kencan Kafka bukannya mengajakku makan siang, melainkan ke rumahku! Perutku keroncongan dan bisa-bisanya dia menyuruhku masak! Ke mana perginya Tuan Sempurna tadi? Mataku kena debukah hingga sempat tertipu bujuk rayu Kafka?

Kafka memang menyebalkan! Pada akhirnya dia duduk manis dan menungguiku masak. Untung ada beberapa makanan yang cuma perlu dihangatkan saja. Kalaupun ada menu yang kumasak dadakan itu hanya tumisan. Alhasil siang itu dengan penuh kesombongan kupamerkan hasil les memasak. Tumis bunga kol dengan irisan wortel dan jagung muda. Ayam asam manis yang kutaburi biji wijen. Nasi putih dengan taburan rumput laut kering. Sup tahu dengan kuah kaldu. Sempurna.

Kami berdua duduk berseberangan. Kafka makan tanpa mengatakan apa pun. Ih keterlaluan! Padahal aku menantikan penjelasan darinya! Hanya ketika dia selesai menandaskan semua hidangan di meja, barulah ia bersedia mengatakan satu kata: “Kemajuan.”

Orang satu ini ya, mungkin akan terkena sembelit bila tidak mengulur waktu atau apalah....

Aku berdeham, mencoba meredakan gatal di tenggorokan dengan siraman air dingin. “Kamu tidak ingin menjelaskan sesuatu, Kafka?”

“Seharusnya kamu yang berutang penjelasan kepadaku.”

“Hei, aku hanya mencoba meredakan desakan dari Andra. Dia ingin memperkenalkanku kepada cowok manis. Tidak ada niat buruk, menurutku ya....”

“Memperkenalkan?” Salah satu alis Kafka terangkat seiring senyum mengejek yang ia tampilkan. “Kamu mencoba menjalin hubungan?”

“Bukan salahku,” sahutku mencoba membela diri. “Kamu, kan, nggak pernah ngasih kejelasan mengenai hubungan kita. Halo, Tuan Smith. Selama ini telah kulempar sekian umpan mengenai keinginanku, tapi kamu tidak merespons semuanya.”

“Aku berusaha mencari waktu yang tepat. Sayangnya tidak pernah ada waktu bagi kita, ya?”

“Apa gunanya telepon, SMS, email? Tuan Pelupa, kita tidak hidup di era purba. Hanya satu kalimat saja: ‘Aku suka kamu.’ Beres.”

Hahaha sekarang Kafka tidak bisa berkelit! Aku menang!

“Deborah, kamu menyukai segala hal yang indah dan romantis. Karena itu, aku berusaha menyatakan perasaanku dengan cara seindah pengharapanmu. Namun, seseorang berusaha menyodorkanmu kepada cowok lain. Apa aku harus diam?”

“Oke, Tuan Romantis. Mengapa kamu tidak berterus terang saja? Aku nggak butuh dilamar di hadapan umum kok. Kepastian. Itulah yang kubutuhkan darimu. Eh hei! Tunggu! Bagaimana kamu bisa tahu aku ada kencan dengan Joel?”

Lagi-lagi senyum nakal muncul di bibir Kafka. Oh hasrat ingin menjambak Kafka melejit! Sayangnya aku tidak berani menyerang Kafka karena takut ... uhuk pinggangku. Pinggangku! Kyaaaaa! Ya maaf, berhubung Tiga terdeteksi menyukai hal yang berbau sensual, kan, aku takut. Uhuk.

“Angela,” Kafka menjelaskan, “dia ada pemotretan dan kebetulan Andra yang bertanggung jawab sebagai perias. Andra bercerita panjang lebar mengenai usahanya mendekatkanmu dengan Joel kepada Angela. Begitulah aku berhasil mendapat informasi.”

“Kamu takut aku jadi istri cowok lain, ya?”

“Aku takut kamu mudah kena tipu.”

Sialan! “Hei, Joel cowok baik. Dia diselingkuhi pacarnya. Kami berdua pun sekadar bertukar informasi dan ingin memulai hubungan dari tahap pertemanan. Nggak ada yang namanya langsung pacaran.”

PROTAGONIST'S LOVEMOMETER (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang