4. Lathan Si Tega

166K 3.3K 12
                                    

"Gue mau jual lo ke om-om,"

"Cih! Orang gila," gumam Linda malas lalu memutuskan menatap jalanan.

Dan benar saja, setelah mereka sampai Linda di pertemukan dengan dua pria dewasa atau bisa di bilang om-om genit.

Linda menatap Lathan horor, apa benar dia akan di jual pada dua orang mata keranjang itu. Linda tidak tenang, dia gelisah.

Perbincangan mereka tentang pekerjaan tidak masuk sama sekali. Linda terlalu gemetar takut akan di jual. Lathan bukan pria tidak tegaan maka dari itu Linda panik.

"Linda begitu cantik,"

Linda meremas roknya, dia menjadi mual mendengar pujian dari salah satu mereka.

"Anda menyukainya, pak Arbet?" tanya Lathan dengan menatap Linda tak terbaca.

"Semua orang pasti akan menyukainya,"

***

"Brengsek! Fu*k! Lo GILA! Gue ga mau jual diri! Gue ga mau!" paniknya dengan pandangan mulai tidak fokus.

Pukulan pada Lathan pun terhenti. Linda panik sendiri, meremas rambutnya frustasi. Linda sontak merosotkan tubuhnya hingga bersimpuh di lantai.

Lathan terdiam, ekspresinya berubah sangat datar melihat itu.

"Ampun, om! Ampun, jangan jual gue, gue mohon. Tolong kontraknya batalin, gue mohon. Gue janji patuh, gue kabulin semua mau lo, tapi batalain, gue ga punya uang banyak buat ganti rugi pembatalan," suaranya mencoba tegar walau kedua mata berkilat basah, takut. Tingkahnya memang seperti jalang, tapi nyali untuk menjadi benar-benar jalang jelas cemen!

Linda tidak bisa melayani pria lain apalagi pria dewasa yang sering di panggil om. Semua temannya saja tahu Linda jijik pada om-om kecuali modelan Lathan, itu pun terpaksa.

Lathan menatap Linda lurus. "Lo berdiri!" perintahnya dingin.

"Engga! Gue ga akan berdiri, gue rela rendahin diri asal jangan jual gue, gue mohon!" air matanya jatuh walau setetes saking tidak bisa ditahan.

"Berdiri!" bentak Lathan.

Linda mengepalkan tangannya, ingin sekali meninju wajah Lathan tapi dia tidak mau gegabah. Takutnya Lathan semakin tega.

"Bangun bodoh!" kesal Lathan.

Linda pun terpaksa berdiri, berharap Lathan akan mengabulkannya.

Lathan berjalan menuju meja kerjanya, dia meraih satu map di tas kerjanya lalu melempar itu hingga Linda tangkap.

"Lo baca!" perintahnya dingin terdengar geram. Lathan pun duduk di kursi kebesarannya dengan masih menatap Linda tajam.

Linda membukanya dengan mengatur nafas, mulai membaca dengan seksama lalu menghela nafas lega.

"Lo pikir gue mau pake bekasan om-om?!" sengit Lathan.

Linda menggeram dalam hati, siapa suruh berbicara sembarangan! Mana gerak-gerik Lathan memang seperti akan tega menjualnya.

"Jadi lo tahu gue ga pernah sama om-om?" Linda tersenyum miring lalu bersidekap, mulai berani lagi.

Lathan memainkan kursinya dengan menatap Linda lurus. Perubahan emosi wanita di depannya itu memang luar biasa cepat.

Lathan menegakan duduknya, menyimpan kedua jemari yang bertautan di atas meja mahal itu. "Gue tahu lo pernah sama om-om," balas Lathan datar.

Menggoda, Om. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang