17. Pakai Jari

125K 2.5K 12
                                    

Linda melirik Lathan genit. "Lo kenapa pilih Jepang?" selidiknya. Linda sebenarnya tahu isi otak Lathan.

Linda yakin, Lathan akan semakin gila di sana karena imajinasinya terpenuhi. Kotor sekali memang otaknya. Pikir Linda mencemooh.

Lathan dengan datar melirik Linda. "Selain kerjaan, lo pasti tahu mau apa kita di sana." jawab Lathan sekenanya.

Linda mendengus. "Gue kasihan banget sama yang jadi istri lo ntar, ngeri banget gairah lo!" bahunya terangkat sekilas ngeri.

Lathan tersenyum devil. "Lo selalu kode tentang pernikahan, lo semau itu gue iket?" bisiknya di depan wajah Linda.

Linda melotot marah lalu mendorong Lathan hingga menjauh. "Sekali lagi lo bahas itu, gue laporin semua kelakuan lo! Om macam apa yang suka seks sama—"

Lathan mengecup kilat bibir Linda lalu kembali menatap ponsel, ekspresinya kembali berubah datar.

"Lo beneran pengen gue nikahin, lo lapor sama aja lo mau mereka nyuruh gue tanggung jawab dan nikahin lo!" ujar Lathan dengan tanpa menatap Linda.

Linda mengepalkan tangannya kuat saking marahnya. "Gue ga pernah punya niat gitu! Kelurga kita ga akan setuju juga, buat—"

Lathan menoleh menatap Linda dengan tampannya. "Jadi kalau di restuin lo mau?" senyum mengejek pun terbit.

Linda terdiam. Sialan! Lathan kenapa berubah ganteng!

"Serius lo mau terus bahas?" tanya Linda dengan ekspresi datar.

Lathan memicingkan matanya. Dia tahu, Linda pasti akan menyerang. Entah pukulan, gigitan atau— ciuman? Konyol!

"AHK!" kaget Lathan saat Linda menggigit, menarik bibir bawahnya dan setelah di lepas bibirnya kembali terluka.

Linda terlihat marah, nafasnya memburu. "Gue ga sudi! Gue berani telanjang berhari-hari dan lo pake berhari-hari tanpa jeda kalau gue sampe nikah sama lo!" jeritnya. "Dan itu ga mungkin! Setelah apa yang gue mau terpenuhi, gue bakalan ungkap kelakuan buruk lo dan gue bebas!" kesalnya.

Lathan tersenyum mengerikan. "Sumpah serapah lo, gue suka." suaranya mengalun seksi nan menggoda.

Linda terdiam, sepertinya dia tadi tidak terkontrol dan dia sangat menyesal!

Linda menjauh, dia akhiri rasa marahnya dari pada makin kemana-mana dan berbahaya.

"Ada hadiah di kamar, lo ambil." ujar Lathan sebelum Linda terlalu jauh. "Jari itu ga enak," lanjutnya.

Linda memicingkan mata tak paham tanpa menghentikan langkahnya. Linda jadi tidak sabar dengan apa yang di bawa Lathan.

Linda menutup pintu, bergegas menghampiri hadiah itu, membukanya cepat saking penasaran.

Apa cincin berlian? Lathan seolah memberi clue jari.

Linda semangat. Dia membukanya kian cepat namun tubuhnya terdiam saat sebuah mainan seks berbentuk kelaminlah yang dia lihat.

Derit pintu terdengar.

Linda menoleh. "Maksud lo apa beliin gue kayak gini?!" amuknya seraya melempar kado itu.

Lathan tersenyum miring. "Lo pake jari, emang enak? Pake itu aja, anggap gue yang gagahin lo," jawabnya kalem dengan terus melangkah menuju kamar mandi.

"A-apa?" beo Linda.

Lathan menoleh di ambang pintu kamar mandi. "Lo seksi waktu mainin jari lo," senyum mengejek sekilas terbit lalu pintu kamar mandi pun tertutup.

Linda menganga dengan wajah memerah. Tatapannya mulai meliar mencari cctv di kamar.

Tidak ada! Kenapa Lathan bisa tahu? Linda menggeram marah saat privasinya di usik.

Menggoda, Om. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang