26. Perang, Belanja Dan Berdebar

70.1K 2.3K 17
                                    

        Lathan menyesap rokoknya dibalkon, menemani Linda yang rebahan di kursi lipat bagai di pantai itu. Terlihat melamun. Linda masih tidak percaya bahwa dia dan Lathan sudah menjadi sepasang suami istri.

Lathan mematikan rokoknya saat sadar kalau asapnya sebagian mengenai Linda.

Linda melirik Lathan yang kini hanya berdiri dengan lengan bertumpu pada pinggiran besi pembatas.

Linda menghela napas berat lagi entah untuk yang keberapa kali.

"Terus aja ngehela napas," celetuk Lathan dengan cuek, tanpa menoleh pada Linda.

Linda mendengus. "Lo kok bisa santai, ga aneh punya istri kayak gue? Dan lagi, lo ga terganggu sama celetukan sepupu-sepupu kita?" tanyanya sebal.

Lathan membalikan tubuhnya, bersandar pada pembatas itu lalu menatap Linda datar. "Pikiran lo yang aneh, ribet!" balasnya lalu berdiri tegak, mengayunkan langkah untuk masuk ke kamar.

Linda sontak menatap kepergian Lathan dengan kesal, tak lupa meninju angin.

Linda pun sendirian, dia kembali menghela nafas. Kok setelah status berubah rasanya ada perasaan aneh yang tidak bisa di jelaskan, yang membuatnya gelisah, takut, bahagia, sedih dan sebagainya.

Linda takut Lathan berubah kembali jahat seperti dulu. Sekarang pun masih sih, tapi tidak parah.

"AAAHHH!" jerit Linda kaget hampir mundur jauh dan jatuh namun pinggangnya berhasil di tahan Lathan.

Lathan menyorot Linda marah. "Lo bisa diem? Tadi itu bahaya!" bentaknya.

Linda menampar pipi Lathan tidak terima di bentak padahal semua salah Lathan yang tiba-tiba datang dari belakang dan menyelimutinya.

Lathan kian menatap Linda tajam.

"Lo yang salah anjing! Lo yang—"

Lathan membekap mulut Linda marah. "Lo emang ga akan pernah berubah! Gue ga mau anak gue ngikut bahasa ibunya! Senakal-nakalnya gue, gue ga akan biasain bahasa kasar dikeseharian gue," geramnya.

Linda menepis kasar. "Lo pikir gue biasain? Ini pertama kali lagi gue berkata kasar karena lo yang mancing! Pergi sana!" teriaknya lalu Linda menjauh memasuki kamar.

Malam pertama pun berubah menjadi peperangan. Perang yang teramat dingin. Keberadaan mereka di satu kasur begitu seperti orang asing.

Lathan memilih tidur tanpa peduli lagi dengan Linda.

***

Linda membuka mata saat merasa cahaya mengetuk matanya. Ternyata sudah pagi, Linda pun memutuskan bangun lalu turun dari kasur.

Tidak ada Lathan di sekitarnya dan itu bagus. Linda masih marah tentang semalam, dia masih ingin bungkam.

Tak lama Linda keluar dengan penampilan ala rumahan yang terlihat segar.

Lathan yang tengah duduk di pinggiran kasur pun segera berdiri, memasuki kamar mandi bekas Linda. Wangi Linda langsung menyerangnya kuat.

Lathan melucuti pakaian bekas jogging tadi subuh. Sebelum menekan shower dia menoleh pada Linda yang dengan acuhnya berjalan lalu mengambil sesuatu di dekat jajaran sabun mandi.

Cincin pernikahan.

Lathan sontak mencekal lengan Linda. "Mau mandi lagi?" tanyanya.

Linda menoleh, masih memasang wajah datar. "Ga makasih," tolaknya seraya menepis cekalan Lathan.

"Gue salah semalem, sorry." Lathan pun menyalakan shower sedangkan Linda mematung di ambang pintu dengan merasa tidak percaya dengan ucapan Lathan.

Menggoda, Om. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang