6. Berhenti Sebut Diri Lo Pelacur

133K 2.7K 52
                                    

        Lathan tengah meeting. Linda yang tidak mengerti hanya bisa duduk di paha Lathan dengan tangan tumpang dagu di meja, mencoba ikut memperhatikan walau berakhir mengantuk karena tidak paham dan jatuhnya malah seperti diberi dongeng bahasa asing.

Lathan melirik kepala belakang Linda yang terkatuk-katuk itu. Sudut bibirnya samar terangkat melihat Linda yang pasti kebosanan. Meeting sudah berlangsung hampir tiga jam lamanya.

Refleks Lathan mengulurkan sebelah tangannya untuk menangkap kening Linda yang hampir saja mencium meja keras berlapis kaca itu.

Linda tidak bergerak, sepertinya benar-benar terelap. Lathan pun menarik kepala itu perlahan hingga belakang kepala Linda menyentuh dada bidangnya yang dipeluk jas mahal.

Semua orang hanya diam melirik segan sesekali. Pegawai yang tengah presentasi mengenai produknya saja ikut diam karena fokus Lathan bukan padanya lagi.

Lathan memastikan Linda nyaman, memeluk perutnya dengan sebelah tangan lalu kembali menatap pegawai di depannya.

"Lanjutkan,"

"Baik, pak!" jawabnya cepat dan mulai kembali menjelaskan kelebihan produk yang dia dan timnya ciptakan.

Lathan terlihat fokus walau tangannya tak bisa diam, terus mengusap perut Linda yang ada sedikit lipatan lemak itu.

***

Linda membuka mata, mengangkat kepalanya untuk mengamati sekitar ruangan asing namun familiar itu. Ah! Kamar Lathan di kantor.

Linda menguap, mempasrahkan lagi kepalanya ke bantal yang pastinya sangat mahal itu. Terbukti nyaman, empuk dan ketagihan.

Suara derit pintu terbuka membuat Linda urung terpejam, kepalanya menoleh ke sumber suara.

Lathan berdiri di ambang pintu dengan wajah datar. "Kita pulang!" lalu kembali keluar kamar, dia akan menunggu sambil memperiksa email masuk.

Linda menghela nafas lega, dia pikir Lathan akan berubah lagi menjadi setan dan melahapnya di kasur hingga hampir pingsan.

Linda pun menggeliat, perlahan mendudukan tubuhnya lalu turun untuk membenahi diri di kamar mandi.

"Berapa jam ya gue tidur? Enak banget tidurnya," gumam Linda seraya meraih sikat gigi miliknya yang disiapkan Lathan.

Linda mendengus pelan, Lathan menyiapkan keperluannya begitu lengkap. Linda yakin, dia akan terjebak dengan Lathan tidak akan sebentar namun berharap juga tidak akan lama atau bahkan selamanya. Big no!

Linda keluar kamar dengan terlihat lebih segar. Lathan yang tengah fokus pun menoleh dan menghentikan kegiatannya.

"Kita—"

Lathan mengecup kilat bibir Linda agar berhenti mengoceh apapun, ia sedang malas mendengar apapun.

Linda membuka mulutnya membuat Lathan menjejalkan lidah, menyesap bibir bawahnya tak lama.

Linda menatap Lathan kesal, dia belum selesai berbicara dan terus saja Lathan potong dengan ciuman.

"Lo kenapa sih?!" jerit Linda jengkel dengan berhasil menghindari mulut Lathan.

"Berisik! Gue mau lo diem!" Lathan menatap Linda tak terbaca, dingin.

Linda menghela nafas sabar. "Oke, gue ga akan ngomong!" lalu merapatkan bibirnya benar-benar tidak akan berucap apapun lagi.

Lathan pun mengayunkan langkah keluar ruangan, diikuti Linda yang misuh-misuh dalam hati dengan menatap punggung Lathan kesal.

***

Menggoda, Om. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang