9. Senjata Makan Tuan

108K 2.5K 25
                                    

        Linda menghirup mall dengan begitu lebay. Hari ini adalah hari kebebasannya dari Lathan. Dia bebas kemana pun tanpa kekangan menyebalkan.

"Lo bikin malu gue, Lind!" Lena menepuk bahu Linda agar berhenti bertingkah konyol layaknya manusia yang sudah lama tinggal di goa.

"Gue pikir ga akan punya waktu kayak gini lagi,"

"Lebay! Lo mau pindah negara tapi boros lo ga pernah berubah, ngapain ajak gue ke sini coba?"

Linda merangkul Lena, mengajaknya untuk melangkah masuk ke dalam mall. "Ga jamin gue punya kesempatan kayak gini, Len. Lathankan setan gila hyper parah!" kesalnya.

"Terus?"

Linda tersenyum cerah. "Terus ya ini," sebuah kartu dia acungkan. "Isinya ada 500juta, gue abisin sekarang! Biar si Lathan miskin," tawa jahat pun menggema.

Lena sontak menutup mulut Linda. "Malu-maluin lo!" kesalnya.

Linda menyingkirkan bekapan itu. "Pokoknya ambil apa aja, dia itu pelit tahu! Masa gaji pertama gue 500 ribu," sebalnya.

"Tapikan barang-barang mewah yang lo dapet berlebihan,"

Linda menghela nafas kesal. "Kok lo kayak belain Lathan ya?! Jujur sama gue! Lo pernah di kasih apa sama dia?" desaknya.

"Lah, ketemu aja segan. Mana berani gue minta atau terima barang dari dia,"

"Yakin?"

"Yakinlah!" jerit Lena tak terima dengan tuduhan Linda.

***

"Sisa 5juta lagi buat ke club ntar malem," Linda kembali tertawa jahat, mengabaikan Lena yang misuh-misuh membawa banyak paper bag.

"Gue nyesel suruh lo beli barang kecil, kenapa ga sekalian tas mahal harga 500 juta biar cuma bawa satu!" gerutu Lena.

Linda yang sama membawa paperbag terlihat santai. "Namanya bukan shoping dong kalau cuma beli satu barang mahal," balasnya.

Dengan kesal Lena menjatuhkan bawaannya ke lantai. "Suruh sopir lo sana! Liat lengan gue merah-merah!" kesalnya.

"Iya ya! Ga inget gue, sorry!"

Tak lama sopir pun datang membantu keduanya. Mobil mini milik Lathan pun sesak dipenuhi paper bag.

"Nyeselkan lo belanja banyak?" olok Lena saat melihat wajah Linda kesal saking sempitnya di mobil.

"Ga!" sewot Linda.

"Halah! Oh iya, ntar malem gue jemput. Gue dandan di rumah lo," terang Lena.

"Terserah, yang penting harus jadi!"

***

"Cantik banget gue astaga! Seksi gini, pantes si Lathan kesetanan sama gue," bangga Linda lalu meliukan tubuhnya centil.

Lena memutar bola matanya jengah sekaligus jijik dengan kepedean Linda yang tak pernah berubah.

"Gue yakin, setiap orang di club liatin gue ntar," Sombongnya dengan percaya diri.

"Terserah lo deh, buruan udah setengah delapan malem, biar panjang waktunya nanti,."

"Iya! Ga sabaran banget," gerutu Linda lalu mulai meraih tas yang sudah terisi ponsel dan beberapa alat make up.

Keduanya saling merangkul dengan senyum cerah.

"Cusss!" teriak keduanya heboh lalu tertawa bersama dengan terus mengayunkan langkah hingga menuju parkiran.

"Maaf, nona akan pergi kemana?" hadang sopir yang Lathan siapkan untuk Linda.

"Ke club dong, sini kuncinya! Bilang aja sama boss lo kalau gue ada di kamar," dengan tak sopannya Linda menjawab.

"Maaf, nona. Kami harus izin terleb—"

"Izin apaan sih! Lathan bebasin kok," potong Linda marah.

"Sebentar," kata sopir tersebut. Dia mendapat telepon dari seseorang yang pasti Lathan.

Linda menghela nafas kesal, sedangkan Lena menenangkan Linda agar sabar yang penting bisa ke club.

"Baik, Tuan."

Sopir itu mematikan sambungan teleponnya lalu tak lama ponsel Linda yang menyala, panggilan dari Lathan muncul.

Sopir itu pamit menjauh, menelpon seseorang dengan serius.

"Hal—"

"Jam 8 malem lo boleh pergi di anter sopir," sambar Lathan tanpa menyapa.

"Ck! Kenapa ga sekarang sih! Ribet amat!" omel Linda.

"Nurut atau engga sama sekali,"

"Katanya bebas, gimana sih!"

"Bukan berarti gue biarin lo ngangkang sama cowok lain. Setelah lepas dari gue baru silahkan,"

"Anjing! Lo pikir gue segampang itu?!" jeritnya marah.

"Emang! Jadi, nurut! Atau lo sama ibu lo yang nanggung pelanggaran kontrak!"

"Setan! Anjing! Bab—"

"500 juta yang lo pake itu gaji 5 bulan lo," potong Lathan kalem.

"APA?!" jerit Linda sampai rasanya pita suara akan putus.

"Selamat menikmati kebebasan, Linda.."

Sambungan pun terputus sepihak.

Linda menggeram lalu berteriak kencang sampai mengagetkan Lena, sopir dan beberapa pengawal yang bersembunyi.

"Ada apa sih Lin?" Lena mengerjap panik.

"Duit gue, Len.." Linda terisak sedih, kesal, marah, menyesal dan campur aduk.

"Ha?"

"Semua duit itu gaji gue, anjing bangetkan?" isaknya lalu berteriak kesal.

Jadi senjata makan tuan? Lena menggigit bibirnya saat merasa tawa akan pecah namun dia telan kembali.

"Udah, sabar. Ini cobaan," Lena memeluk Linda sekilas dengan berusaha tidak tertawa.

Menggoda, Om. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang