Lathan mendorong pelan bahu Linda agar duduk. "Lo harus dandan! Jadi, diem!" tegasnya kemudian Lathan meninggalkan Linda menuju sofa di ruang tunggu.
Lathan mulai bekerja, sedikit pun lumayan mengingat dia sibuk mengerjakan Linda berkali-kali saking lapar.
Lathan membuka email di tab, melihat semua berkas yang mungkin saja butuh tanda tangan onlinenya.
Lathan meraih ponsel untuk mendial nomor sekertarisnya. Lama dia berbincang membahas pekerjaan yang dia lewati selama dia menghabiskan waktu bersama Linda.
Hingga Linda pun datang membuat Lathan menyudahi pekerjaannya dan mematikan sambungan telepon dengan sekertarisnya.
Linda terlihat kurang nyaman, dia tidak biasa di make up berat. Biasanya dia hanya akan fokus pada mata dan bibir hingga kesan menor muncul.
"Gue takut rusak! Gue ga biasa pake dempul setebel ini!" ketus Linda seraya menyentuh canggung pipi kirinya.
Lathan berdiri, meraih pinggang Linda lalu mengecup sekilas pipinya tanpa ingin merusak bibir yang terlihat manis itu.
"Kita berangkat." ujar Lathan tanpa menggubris celotehan Linda sebelumnya.
"Sebut aja gue saat ini lagi lembur, jadi? Gue dapet uangkan?" Linda melirik Lathan penuh harap juga ragu, mengingat sudah ratusan juga dia meminta.
"Hm,"
Lathan terus melangkah tanpa melepaskan lilitannya di pinggang Linda.
"Hm maksudnya apa?" Linda terlihat belum puas.
"Nanti dibayar," balas Lathan datar tanpa menatap Linda sedikit pun.
"Berapa?" Linda sontah berseri cerah.
Lathan tidak menjawab dia membuka pintu mobil dan mendorong Linda agar segera masuk dan duduk tanpa banyak tanya.
***
"Hai, Lathan." sapa seorang pria belasteran Amerika-Indonesia itu. "Lo lupa sama gue? Gue Emir, anak pak Hajadnan rekan bisnis lo," kekehnya.
Lathan tersenyum tipis. "Oh Emir, apa kabar?" tanyanya.
"Baik, ini siapa? Terakhir kali bukan ini yang lo bawa," bisiknya jenaka.
Lathan semakin menarik Linda agar merapat. "Dia Linda, kekasih gue." jawabnya.
Linda menelan ludah, menggerutu dalam hati lalu tersenyum ramah. "Linda," ucapnya sambil bersalaman.
"Nama yang cantik," puji Emir.
"Terima kasih," Linda tersenyum agak tersipu. Emir sangat ganteng! Tipe Linda sekali, rasanya dia dag dig dug ser!
"Gue sapa yang lain dulu, bye bro, bye Linda," Emir pun menjauh dan gabung dengan anak lain dari berbagai negara.
Lathan sebenarnya malas ke pesta seperti ini. Dia bukan tipe orang yang suka basa-basi. Dia lebih suka membahas pekerjaan atau bercinta.
"Sebenernya ini acara apa sih?" bisik Linda di telinga Lathan.
"Lo emang bego," balas Lathan dengan santainya.
"Ck! Gue tanya!" geram Linda dengan masih berbisik.
Lathan membawa langkahnya ke meja makanan, dia ingin minum sekaligus berharap Linda makan dan tidak banyak tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggoda, Om. (TAMAT)
RomansaLinda dipatahkan hatinya dari usia 10 tahun oleh sang ayah, cinta pertamanya. Linda kian tumbuh menjadi perempuan nakal. Lathan- om tirinya selalu hadir menemani pertumbuhannya hingga menjadi perempuan nakal yang banyak masalah disekolah, keluar mas...