Linda meraba nakas, meraih ponselnya yang terus menyala lalu memperiksanya. Ada beberapa pesan masuk dari Lena lalu fokusnya pindah pada nomor yang tidak di kenal.
+628*****
Lathan lumayan kaya, ayah suka punya calon mantu kayak dia.
Jangan kapok ya kasih ayah uang,Linda menggigit giginya kuat-kuat. Kenapa bisa ayahnya tahu nomor barunya? Linda tidak suka.
Lathan yang tengah memeluk Linda dari belakang jelas bisa dengan jelas membacanya dan tahu siapa orang yang mengirim pesan itu saat ada ayah tertera di isi pesannya.
Lathan merampas ponsel itu lalu membantingnya hingga pecah tak berbentuk.
Linda jelas terkejut.
Lathan bangun lalu turun dari kasur dengan santai. "Gue ganti," lalu langkahnya terayun menuju kamar mandi.
Linda melongo sesaat lalu menggeram kesal melihat Lathan yang seenak jidat seperti itu.
Hingga tak lama Lathan keluar mengabaikan Linda yang tengah memungiti pakaian Lathan yang sebelumnya dia pakai itu.
Lathan sibuk sendiri, membiarkan Linda masuk ke kamar mandinya.
***
"Bunda tahu, jangan dibahas lagi, pasti berat buat kamu," Chika memeluk Linda, mengusap punggungnya lembut.
Linda diam saja walau sebenarnya alasan dia baru turun bukan sepenuhnya akibat kejadian sehari yang lalu.
"Maafin, bunda." bisik Chika lirih dan bergetar sedih.
Linda hanya mengeratkan pelukannya tanpa berkata apapun. Jika dia bersuara pasti tangisnya akan susah di bendung.
Vila yang berada di belakang Linda ikut mengusap punggung Linda menenangkannya.
Lathan disamping Zadil hanya diam menyorot Linda tak terbaca.
"Tumben akur?" tanya Zadil membuat fokus Lathan teralihkan. "Hampir lupa kalau kalian tidak pernah akur semenjak masuk SMP," lanjutnya.
Lathan kembali menatap lurus ke depan. "Kita emang ga pernah akur." jawabnya datar.
"Ga mungkin Linda betah lama di kamar kamu?" selidiknya dengan alis terangkat curiga.
Lathan menghela malas, Zadil selalu saja kepo. "Aku kerja dia tidur," sekenanya.
Lathan tidak sepenuhnya bohong, dia memang bekerja di atas Linda dan Linda sempat tidur saat dirinya masih bekerja.
Zadil mangut-mangut walau rasanya masih belum puas. Belakangan ini dia cukup tahu dengan tingkah Lathan dan Linda. Dia hanya ingin Lathan jujur, dia tidak akan masalah.
"Kerja dia gimana selama di kantor?" merangkul Lathan, membiarkan para perempuan saling menenangkan di sebrang yang cukup jauh dari dirinya duduk dan Lathan.
"Linda?" tanya Lathan seraya melepaskan rangkulan.
"Hm,"
"Ya gitu," jelas Lathan sekenanya.
"Yang jelas!"
"Baik, dia nurut. Kita ga sering cek-cok jadinya," yang ada Linda sibuk jerit-jerit di bawahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggoda, Om. (TAMAT)
RomanceLinda dipatahkan hatinya dari usia 10 tahun oleh sang ayah, cinta pertamanya. Linda kian tumbuh menjadi perempuan nakal. Lathan- om tirinya selalu hadir menemani pertumbuhannya hingga menjadi perempuan nakal yang banyak masalah disekolah, keluar mas...