"Than!— Lathan!— Om! — Lathaaaan!" jerit Linda kepalang jengkel.
Lathan berdecak, mengalihkan atensi dengan kesal. Padahal dua hari Linda begitu adem ayem tapi sekarang kembali berisik.
Tatapan kesal Lathan menyorot Linda tanpa banyak kata. Menunggu saja apa yang akan Linda ucapkan.
"Ekhem! Gue mau makan, lo ga peka banget, ck!" sebalnya.
Lathan mengangkat sebelah tangannya yang terdapat jam tangan melingkar. Ternyata sudah sangat siang, memang waktunya makan siang.
Lathan tidak tahu dia sefokus itu sampai melewati berjam-jam menatap pekerjaan.
Lathan meraih ponsel, mulai memesankan sesuatu tanpa banyak kata. Jelas Linda tidak mungkin makan selain bubur.
"Martabak keju, susu, coklat, kayaknya enak," celetuk Linda saat melihat Lathan sibuk dengan ponsel.
Lathan tidak menggubris.
"Gue lagi hamil," Linda menyindir Lathan agar lebih memperhatikannya soal ngidam.
"Terus?" tanya Lathan tanpa menatap Linda, terus menscroll menu makanan untuk dirinya sendiri.
Linda menggeram lalu menghela nafas. "Ngidam! Gue ngidam! Mau martabak!" rengeknya menyebalkan ditelinga Lathan.
Lathan mematikan ponselnya saat selesai memesan lalu menatap Linda. "Ga bisa, lo masih harus makan bubur," balasnya santai.
Linda pun turun dari kasur dengan menuntun ting infusan agar mengikutinya. "Gue udah sembuh, cuma harus abisin ini aja!" tunjuknya pada infusan.
"Hm,"
"Bukan hm hm! Gue mau martabak!" Linda seenak jidat duduk di paha Lathan bagai duduk di sofa.
Lathan refleks menyentuh pinggul Linda, menjaganya agar seimbang dan tidak sampai jatuh.
"Nanti tanya ke dokter, sekarang bubur dulu." Lathan mengangkat Linda agar duduknya pindah namun setelah pindah Linda kembali duduk di pahanya.
"Gue akan terus ganggu lo sampai lo bilang IYA!" tegasnya.
Lathan menghela nafas jengah. "Terserah! Gue tetep ga akan bilang Iya!" balasnya malas.
Linda merengek bagai bocah, tak bisa diam di duduknya membuat Lathan harus siaga sekaligus kesal.
Lathan memeluk leher Linda, menahan pergerakannya. "Lo diem!" marahnya kepalang jengkel.
"Martabak! Gue mau martabak!" balas Linda dengan keras kepala.
***
"Mogok makan karena mau martabak, dok." jawab Lathan sambil melirik punggung Linda yang tengah rebahan tanpa menghadap ke arahnya dan dokter.
"Untuk sedikit boleh, tapi kalau banyak belum boleh ya," kata dokter tua itu begitu ramah.
Linda sontak berbalik dengan tatapan berbinar. "Tenang, dok! Segigit ga papa, mau banget soalnya," sendunya lebay.
Lathan malas melihatnya. Linda begitu keras kepala, semoga kelak anaknya tidak begitu. Bisa pening dia menghadapi dua manusia keras kepala.
Tak lama martabak pun datang, Lathan tidak serta merta memberikannya begitu saja. Jelas harus dengan pengawasan ketat.
Lathan sudah tak sabar ingin Linda pulang dan sembuh. Lathan juga tidak sabar ingin pelepasan setelah berhari-hari libur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggoda, Om. (TAMAT)
RomanceLinda dipatahkan hatinya dari usia 10 tahun oleh sang ayah, cinta pertamanya. Linda kian tumbuh menjadi perempuan nakal. Lathan- om tirinya selalu hadir menemani pertumbuhannya hingga menjadi perempuan nakal yang banyak masalah disekolah, keluar mas...